TEMPO Interaktif, Depok-Dinas Kesehatan Kota Depok merazia jajanan ke sejumlah sekolah di Kota Depok. Dalam razia yang dilakukan siang ini, petugas dinkes menemukan satu pedagang yang mengaku menggunakan boraks sebagai bahan tambahan pangan.
Carlie (bukan nama sebenarnya) pedagang sate kikil di sebuah SD swasta di Kecamatan Sukmajaya mengaku menggunakan boraks agar sate buatannya tidak lembek. "Biar mekar dikasih bleng (boraks)," katanya kepada Tempo.
Biasanya bleng seharga Rp 1000 cukup digunakan selama tiga hari. Dalam seharinya, Carlie membuat 500 tusuk sate kikil. Sate kikil sendiri, sebenarnya bukan terbuat dari kikil, tapi hanya terbuat dari tepung sagu. Satu tusk yang terdiri dari tiga potong kikil dijual dengan harga Rp 100.
Kepala Seksi Pengawasan Obat dan Makanan Dinkes Depok Yulia Oktavia menjelaskan bahwa temuan ini akan dilaporkan ke sekolah terkait. "Kita koordinasi dengan sekolah untuk awasi pedagangnya," katanya. Dalam razia kali ini, petugas juga mengambil sampel jajanan lain seperti es teh, sirup, bakso cilok, dan pisang coklat.
Yulia memperingatkan pedagang agar tidak menggunakan boraks lagi. "Kalau tahun dapan kita cek ke lab ternyata masih mengandung boraks kita akan sarankan ke sekolah untuk larang," katanya.
Selain, temukan pedagang yang gunakan boraks, razia jajanan kali ini juga menemukan otak-otak yang diduga mengandung formalin. Jajanan tersebut ditemukan dalam razia jajanan di sebuah SD negeri di Kelurahan Baktijaya. Dugaan tersbut muncul karena ketika sampel jajanan di tes dengan alat tes cepat hasilnya positif. "Walaupun positif, kita masih perlu cek ke laboratorium," kata Yulia.
Baik boraks maupun formalin merupakan zat yang berbahaya apabila ditambahkan ek dalam makanan. Dalam jangka panjang, konsumen dari makanan yang gunakan bahan tambahan berbahaya tersebut dapat terserang penyakit berbahaya seeprti kanker.
TIA HAPSARI