TEMPO Interaktif, Jakarta: Lokasi pemakamam Al-Habib Abdurrahman Bin Abdullah Al-Habsyi di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat masih menyita perhatian masyarakat. Sejak pagi puluhan orang sudah memadati tempat itu. Mereka datang sekadar mengambil air yang keluar dari liang lahat. Air itu dipercaya memiliki tuah untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Salah satu warga yang mempercayai tuah air itu adalah Sayuti, 40 tahun, warga Kwitang, Jakarta Pusat. Dia mempunyai keluhan pada pundak yang terasa sakit sejak satu setengah bulan lalu akibat terjatuh. "Saya tidak bisa tidur," katanya. Setelah meminum air dari makam itu sakitnya hilang dalam sekejap.
Kemunculan air 'mujarab' itu berawal dari rencana pemindahan makam karena lahan makam akan dibangun gedung. Dalam proses pembongkaran, tiba-tiba air keluar dari sekililing 4 makam yang baru saja digali.Keempat makam itu adalah milik Al Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi, makam Saripah binti Yahya (istri Al Habib Abdurahman), dan dua makam milik putra Habib Ali Kwitang.
Menurut Nano, 40 tahun, warga setempat, awalnya lahan kosong seluas lebih dari satu hektar itu adalah perumahan penduduk, dan makam tersebut berada di antara perumahan. Dia memperkirakan makam tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu. "Kalau di nisan makamnya, tulisannya tahun 1881," kata Nano.
Sejak 1994, rumah penduduk mulai digusur karena pemilik lahan akan membangun hotel di area itu. Sebelumnya ada anggapan, air yang keluar dari makam itu berasal dari pipa air PAM yang bocor. Namun Nano menyangkal dugaan itu. Sebab menurut dia, aliran PAM sudah berhenti sejak perumahan penduduk dipindahkan.
Nano mengatakan, selama ini makam Habib Ali Kwitang sering didatangi peziarah. "Setiap malam Jumat biasanya ada sekitar dua sampai lima orang yang datang berziarah," kata Nano. Jumlah peziarah samakin banyak pada hari-hari besar keagamaan.
Uapaya pemindahan makam sebenarnya sudah pernah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. "Ini sudah pembongkaran makam yang kedua kali," kata Nano. Pembongkaran yang pertama kali dibatalkan karena mesin yang digunakan untuk menggali patah.
EVANA DEWI