Salah satu penyebabnya adalah ruang bensin yang kotor. Sedangkan pemilik bengkel di Jakarta Selatan yakin, ketidaklulusan uji emisi itu ada kaitannya dengan kualitas oktan bensin.
Artando, teknisi uji emisi, menyatakan, emisi buruk bisa terjadi karena tiga hal. "Pertama dari perawatan yang tidak teratur, ruang bensin yang sudah kotor, dan penyetelan karburator yg salah," ujar Artando pada Tempo di halaman Walikota Jakarta Selatan hari ini.
Sementara itu, Yusuf Indradi, salah satu pemilik bengkel di Jalan Antasari menyatakan, emisi berkaitan erat dengan kualitas bensin. "Itu sangat mempengaruhi, ada kaitannya," ujarnya. Yakni, dari oktan bensin dan kebersihan tangki bensin.
Yusuf pernah menjelaskan, kualitas oktas bensin mempengaruhi kebersihan tangki bensin. Tangki bensin lebih berkerak jika oktan rendah. Dan jika tangki berkerak, maka karbondioksida yang dihasilkan lebih banyak.
Padahal, menurut Artando, batas ambang karbondioksida pada mobil seharusnya 30 persen. Pada uji emisi mobil bahan bakar bensin, batas ambang karbondioksida ini menjadi salah satu tolak ukur utama.
"Kalau uji emisi bensin, yang diperiksa karbondioksida dan hidrokarbon. Karbondioksida harus di bawah 30 persen dari gas buang yang dihasilkan, sedang hidrokarbon di bawah 700 ppm," ujarnya.
Sementara itu, uji emisi solar hanya menghitung kepekatan atau ketebalan gas buangnya. "Kapasitasnya harus di bawah 50 persen," kata Artando.
Hari ini, Pemerintah Kota Jakarta Selatan menyelenggarakan uji emisi gratis. Sampai pukul 12.00 WIB, dari 80 kendaraan, delapan diantaranya tidak lulus uji emisi.
Kasubid Penanggulangan Kerusakan Sumber Daya Alam Jakarta Selatan Binsar Siregar menyatakan, uji emisi gratis ini adalah tindak lanjut dari Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara. Pemerintah memnghabiskan dana Rp 15 Juta untuk sekali uji gratis ini.
FEBRIANA FIRDAUS