TEMPO Interaktif, Tangerang -Sebanyak 273 murid Madrasah Ibtidaiyah Al-Islahuddiniyah, Kelurahan Juru Mudi Baru, Batu Ceper, Kecamatan Benda, Kota Tangerang terpaksa belajar di mushola dan teras rumah warga.
Karena sekolah itu disegel pihak yang mengaku pemilik lahan. ” Sudah dua hari ini, sekolah kami disegel dan belajar terpaksa ditempat darurat,”ujar Wakil Kepala Sekolah Al-Islahuddin Rachmat Kartolo saat ditemui di lokasi, Kamis siang, 26 Mei 2011.
Ia menuturkan, peyegelan sekolah yang berada di atas lahan 1.010 Meter Persegi itu dilakukan puluhan orang suruhan Mahadi bin Mesan, pemilik lahan yang mengaku sebagai ahli waris dari Ridi Bin Ridun pada Selasa 24/5 lalu. Pagar sekolah telah dirantai, enam ruang kelas dipalang mengunakan balok yang telah dipaku sehingga praktis ruang belajar tidak bisa digunakan.
Padahal, kata dia, lahan sekolah itu merupakan tanah wakaf dari sesepuh masyarakat itu untuk dibangun sekolah dan masjid. Dalam dua hari ini ratusan pelajar terpaksa mengikuti proses belajar mengajar di mushola Al-Islahuddin dan dua rumah warga di sekitar mushola disamping sekolah yang telah digeser tersebut.
Buku pelajaran, sarana prasarana seperti kursi, meja tidak mereka gunakan. Cuma dua papan tulis yang digunakan guru memberikan pelajaran kepada murid. Mereka hanya duduk di lantai mushola dan teras rumah warga sembari mengikuti pelajaran yang diberikan pendidik. Para siswa belajar tanpa meja dan kursi.
Menurut Racmat, permasalahan lahan ini sudah terjadi sejak tahun 2007 lalu, namun bisa dimusyawarahkan. Puncaknya 24 Mei lalu pagar sekolah akhirnya digembok. Matahi bin Mesan, salah seorang ahli waris yang tanahnya telah diwakafkan. Ingin kembali menguasai tanah yang sejak 1949 telah dibangun sekolah dan masjid ingin kembali dikuasai oleh mereka.
Namun Yayasan MI Al-Islahuddiniyah menolak menyerahkan lahan tersebut. Tepatnya, 5 Mei 2011, dari kesepakatan antara kedua belah pihak difasilitasi aparat kepolisian dan kelurahan setempat. Pihak yang mengaku ahli waris menyanggupi tidak akan menyegel sekolah tersebut.
Rachmat mengaku sudah melaporkan masalah ini ke kantor Departemen Agama Kota Tangerang dan Dinas Pendidikan Kota Tangerang.
Siti Nurhayati murid kelas 3 sekolah itu tersebut mengaku, kesulitan mencerna mata pelajaran semenjak mengikuti pelajaran di teras rumah warga. Apalagi di saat hujan turun, mereka buru-buru menutup buku dan mencari tempat berteduh agar tidak terkena percikan air hujan.
"Saya ingin segera kembali belajar di sekolah. Mengikuti pelajaran di teras rumah sulit menerima pelajaran,"kata Siti.
JONIANSYAH