TEMPO Interaktif, Jakarta - Kesadaran warga Jakarta Barat untuk mengikuti program keluarga berencana (KB) di tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan catatan Kantor KB Jakarta Barat dalam periode Januari hingga Mei 2011, sudah ada 60.613 orang yang mengikuti program KB. Tahun lalu, peserta KB di Jakarta Barat hanya 46.670 orang.
"Berarti ada kenaikan 13.943 orang yang mengikuti KB," kata Ratih Handayani Lukitowati, Kepala Sub Bidang Peran Serta Masyarakat (PSM) Kantor KB Jakarta Barat di ruangannya, Kamis, 23 Juni 2011.
Ratih menilai bahwa kenaikan jumlah peserta KB itu salah satunya dipicu oleh Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 162 yang baru muncul sekitar satu tahun lalu. Dalam Pergub itu, kata Ratih, peserta KB tidak akan dipungut biaya. Di Jakarta Barat, terang Ratih, pelayanan KB gratis akan dilaksanakan di setiap Puskesmas kecamatan atau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng.
"Itu (Pergub) memang membantu peningkatan peserta KB sehingga kami akhirnya bisa melampaui target di 2010," kata Ratih.
Selama 2010 kemarin, peserta KB di Jakarta Barat tercatat sebanyak 118.583 orang, dari target peserta 95.963 orang. Di 2011 ini, Ratih melanjutkan, Kantor KB Jakarta Barat menargetkan peserta sebanyak 117.374 orang. "Hingga Mei ini sudah 60.613 atau sudah 51,64 persen. Kami berani menargetkan lebih dari 2010 karena melihat total peserta di tahun kemarin," tambah Ratih.
Dalam periode Januari hingga Mei 2011 ini, wilayah yang peserta KB-nya paling banyak ada di Kecamatan Kalideres, yaitu sebanyak 9.824 orang. Sementara, wilayah yang peserta KB-nya paling sedikit ada di Kecamatan Taman Sari, yaitu sebanyak 5.225 orang.
Dibandingkan dengan 2010, wilayah yang paling banyak peserta KB ada di Kecamatan Cengkareng, yaitu sebanyak 19.718. Sementara, wilayah dengan pesertanya paling sedikit ada di Kecamatan Taman Sari.
"Saya berharap peserta KB bagi pasangan yang sudah menikah terus meningkat karena penduduk DKI Jakarta diperkirakan akan terus meningkat dan terjadi ledakan penduduk," ujar Ratih.
Program KB, kata Ratih, selama ini masih sering terkendala akibat masih ada masyarakat Jakarta Barat yang berprinsip 'banyak anak banyak rezeki'. Selain itu, lanjut dia, beberapa masyarakat juga masih malu jika auratnya dilihat atau dipegang, meskipun oleh dokter atau bidan.
"Masih ada yang berpikir seperti itu sehingga sampai sekarang alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah jenis kondom, pil, atau suntik. Sementara, operasi masih sedikit karena masyarakat enggan dan malu," kata dia lagi.
Ia berharap peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), seperti operasi atau implan bisa terus bertambah karena menurutnya program KB dengan MKJP lebih aman dan terencana. "Saya berharap pengguna MKJP bertambah banyak karena akan lebih mudah merencanakan keluarga," kata Ratih.
ARIE FIRDAUS