TEMPO Interaktif, Jakarta - Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) meluncurkan 20 bus eksekutif AC di Pintu Barat Ragunan, Jumat pagi, 29 Juli 2011. Bus tersebut diluncurkan untuk mengganti 20 dari 75 bus kopaja dengan trayek S-13 dengan jalur Ragunan–Slipi. “Secara bertahap, kami berencana untuk mengganti seluruh bus kopaja,” kata Ketua I Kopaja Nanang Basuki seusai peluncuran.
Peremajaan bus tersebut, kata dia, merupakan langkah revitalisasi yang dicanangkan Kopaja. “Bukan hanya sarana, tapi kami juga akan memperbaiki prasarana dan manajemen bus,” kata dia. Prasarana itu mencakup perbaikan pool dan perubahan sistem manajemen bus. Menurut dia, peningkatan kualitas layanan merupakan kunci kesuksesan pengusaha angkutan umum di masa mendatang. “Sekarang ini kebutuhan masyarakat sudah berubah, kami harus bisa mengikuti,” katanya.
Sebanyak 30 pengemudi dan 25 kondektur yang akan mengoperasikan bus eksekutif AC itu juga lulus tes. “Sebagian orang lama, tapi ada juga yang baru,” kata Nanang. Pendapatan pengemudi dan kondektur ini tidak menggunakan sistem setoran wajib. “Tapi kami gaji per bulan,” kata Nanang.
Perubahan sistem ini, kata dia, untuk memperbaiki layanan bus. Pengemudi mendapat gaji sekitar Rp 2,5 juta per bulan, sementara kondektur mendapat gaji Rp 2,1 juta per bulan. Itu belum termasuk jatah asuransi kesehatan sebesar Rp 200 ribu per bulan. “Kami tak ingin pelayanan buruk karena pengemudi kejar setoran,” kata Nanang.
Dia juga menjelaskan bahwa pengemudi dilarang menaikkan penumpang bila kapasitas bus sudah penuh. Kapasitas bus eksekutif AC ini terdiri dari 27 kursi penumpang. “Sebanyak 8 penumpang masih boleh dinaikkan, tapi tak duduk. Lewat dari 35 orang, dilarang menaikkan penumpang,” kata Nanang. Tarifnya sendiri mesih mengacu pada tarif lama Rp 2.000 per orang. Setelah masa uji coba selama 3 bulan, “mungkin akan ada penyesuian tarif, tapi itu kan nanti,” katanya
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan bahwa pihaknya mendukung langkah Kopaja untuk memperbaiki layanan bus. “Saya berharap langkah ini diikuti oleh pengusaha angkutan umum lain,” kata Pristono. Bila kondisi fisik dan pelayanan bus angkutan umum semakin membaik, kata dia, masyarakat akan kembali menggunakan angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi. “Dan ini akan mengurangi kemacetan di Jakarta,” katanya.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI