TEMPO Interaktif, Jakarta - Penyebab terbesar kebakaran di Jakarta disebabkan korsleting listrik. “Sebanyak 59 persen pemicu kebakaran itu karena korsleting listrik,” kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, Paimin Napitupulu, di Jakarta, Kamis, 15 September 2011.
Menurut dia, ulah masyarakat yang mengutak-atik voltase listrik atau mencuri listrik sering menjadi pemicu kebakaran. “Kita sering menemukan pemicu kebakaran di perumahan padat penduduk karena adanya pencurian listrik,” kata Paimin.
Selain itu, banyak juga ditemukan penyebab kebakaran akibat material kabel yang tak aman. Dia menjelaskan ada yang menggunakan kabel sound system buat aliran listrik. “Sekali putus karena digigit tikus, sudah bisa jadi penyebab kebakaran,” katanya. Ada juga pemicu yang disebabkan terlalu banyak gulungan kabel listrik yang tak rapi.
Dalam waktu dekat, kata dia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menggelar razia pencurian listrik bersama PLN. “Itu harus ditindak. Seandainya mereka mengambil dengan legal, harus ada keterangan dari RT/RW,” ujar Paimin.
Penertiban itu akan dilakukan di lokasi yang dianggap rawan kebakaran. Di Jakarta, kata Paimin, ada 35 dari 267 kelurahan yang dianggap rawan kebakaran. Di antaranya Kelurahan Tambora, Penjaringan, Cakung, Cilincing, Pademangan, dan Cengkareng.
Paimin membantah bahwa pemicu kebakaran lebih sering muncul di musim kemarau. “Sebenarnya, sepanjang tahun itu pemicunya sama, tapi kalau musim kemarau, angin kencang sering memperbesar potensi kebakaran,” katanya. Jika musim hujan, kelembapan dan hujan dapat meredakan potensi kebakaran.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, kata dia, telah mensosialisasikan upaya pencegahan kebakaran melalui leaflet dan pertemuan RT/RW dalam majelis taklim. “Kita juga bentuk Balakar (Barisan Sukarela Pemadam Kebakaran) di tiap kelurahan,” katanya.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI