TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo meminta maaf kepada masyarakat atas pernyataannya Jumat lalu mengenai kasus pemerkosaan di dalam angkutan umum. "Saya minta maaf bahwa pernyataan saya sebelumnya rawan salah tafsir. Saya sama sekali tidak bermaksud melecehkan kaum perempuan," kata Fauzi kemarin. "Saya justru mengutuk aksi pemerkosaan tersebut dan minta pelakunya dihukum seberat-beratnya."
Foke--begitu Fauzi Bowo biasa dipanggil--meluruskan simpang-siur berita soal rok mini dan pemerkosaan. Jumat lalu, Gubernur mengomentari pemerkosaan di dalam angkutan umum yang terjadi belakangan ini. Livia, mahasiswi Universitas Bina Nusantara, diperkosa dan dibunuh di angkot pada 16 Agustus lalu. Juga pemerkosaan dan perampokan terhadap seorang karyawati berinisial RS di Jakarta Selatan. RS diperkosa di dalam angkutan kota saat kendaraan itu berputar-putar di sepanjang Jalan TB Simatupang.
Saat itu, Fauzi memberi pernyataan yang dinilai oleh banyak kalangan menyudutkan korban. "Bayangkan saja kalau orang naik mikrolet duduknya pakai rok mini, kan agak gerah juga," kata Foke sembari bercanda. "Sama kayak orang naik motor, pakai celana pendek ketat lagi, itu yang di belakangnya bisa goyang-goyang."
Pernyataan itu menyulut kemarahan banyak orang di dunia Twitter di Indonesia. Mereka menilai tak ada hubungannya antara pemerkosaan dan rok mini. Bahkan hari ini sejumlah perempuan akan menggelar demo bertajuk "Aksi Rok Mini (Perempuan Menolak Perkosaan)" di Bundaran Hotel Indonesia pada pukul 15.00.
Fauzi prihatin atas maraknya tindak kriminal di Jakarta. Karena itu, dia meminta Dinas Perhubungan dan Kepolisian Daerah Metro Jaya meningkatkan sistem keamanan dan pengamanan di dalam angkutan umum. "Jika melihat ada gerak-gerik yang mencurigakan di dalam angkot, ada baiknya waspada atau pindah angkot. Proteksi diri itu penting."
Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Neng Dara Affiah, mengecam pernyataan Gubernur. Pelecehan atau pemerkosaan terhadap perempuan terjadi karena cara pandang yang salah, bukan karena cara berpakaian korban. "Pernyataan itu termasuk kekerasan verbal bagi perempuan,” kata Neng kemarin. Pernyataan semacam itu dinilai tidak layak diucapkan pejabat publik.
Neng meminta Gubernur meminta maaf lagi kepada publik agar tindakannya tidak diulangi pejabat publik lainnya. Ia juga meminta Fauzi memberi jaminan keamanan, khususnya terhadap perempuan, bahwa alat transportasi publik bebas dari kekerasan seksual.
ARYANI KRISTANTI | MUNAWWAROH