TEMPO Interaktif, Jakarta - Dinas Perhubungan DKI Jakarta menertibkan dua lahan parkir liar (on street) di Jakarta Pusat. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan lokasi pertama berada di Taman Suropati, Menteng. Kawasan hijau yang dekat dengan rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, Wakil Presiden, dan Panglima TNI ini sudah mulai ditertibkan dari parkir liar sepeda motor dan mobil pada Jumat lalu.
Pristono mengatakan lokasi kedua adalah Pasar Baru. Penertiban parkir liar di tempat itu akan dilakukan setelah proses pemindahan parkir liar menjadi parkir di dalam gedung (off street) serta pembangunan jalur pedestrian di ruas Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk selesai pada 2012.
Menurut dia, penertiban ini dilakukan setelah banyak warga mengeluhkan tarif parkir di Pasar Baru yang dipungut lebih dari satu kali. Apalagi, kata Pristono, kawasan itu punya potensi untuk penerapan parkir dalam gedung (off street). "Sehingga parkir kami pindahkan ke tempat yang tidak mengganggu pejalan," kata dia kemarin.
Setelah parkir liar ditertibkan, diharapkan kawasan Pasar Baru lebih tertata. Trotoarnya bebas dari sampah, premanisme menurun. "Ruang pedestrian juga bisa bertambah, pedagang kaki lima dan preman akan hilang. Masyarakat pun akan gemar berjalan-jalan di sini." Dinas juga akan mengatur lalu lintas di Pasar Baru agar kawasan itu menjadi ruang publik yang bisa digunakan lebih banyak orang.
Perubahan-perubahan itu, kata Pristono, tidak akan mengganggu bisnis. Dengan demikian, pengusaha tidak perlu khawatir kehilangan pelanggan karena penertiban parkir liar. Pemindahan ke dalam gedung tetap mendukung kegiatan ekonomi di pasar yang terkenal akan produk tekstil dan sepatunya itu. "Karena jalan tidak terlalu ramai, kunjungan bisa meningkat."
Wati, warga Tangerang, yang kerap membeli produk tekstil dan sepatu di Pasar Baru, senang terhadap rencana penataan kawasan Baru itu. "Dengan pedestrian yang lebih luas, akan nyaman jalan-jalan di sana," ujarnya kemarin. Parkir di Pasar Baru yang terkesan berantakan, kata Wati, membuatnya tak leluasa berkunjung dari satu toko ke toko lainnya.
Selain itu, parkir kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima membuat kawasan perdagangan tersebut kumuh. Padahal Wati sering kali datang ke kawasan perdagangan itu tidak hanya untuk keperluannya sendiri. Ia juga sering membawa saudara-saudaranya dari luar kota jika berkunjung ke Pasar Baru, yang terkenal sejak masa kolonial Belanda. Tahun baru 2011, misalnya, ia mengajak adiknya dari Jawa Timur untuk jalan-jalan dan berbelanja sepatu ke Pasar Baru. "Produk sepatunya relatif bagus dan murah, meski tidak bermerek."
ARYANI KRISTANTI | ENDRI KURNIAWATI