TEMPO Interaktif, Jakarta - Novinda Parantika, mahasiswi yang melompat dari Metromini 27, Kamis lalu, masih terbujur lemah di ruang rawat inap Rumah Sakit Premier Jatinegara, Sabtu sore, 8 Oktober 2011.
Selang infus masih terpasang di tangan kanan Putri, sapaan akrab Novinda. Kepalanya pun masih sering pusing akibat benturan yang meninggalkan luka sobek sepanjang kira-kira 15 sentimeter di belakang telinga kanan. Ia juga menderita kram di perut. Tapi, derita itu tak membuat mahasiswi Institut Musik Indonesia (IMI) itu trauma menumpang angkutan kota. "Kalau naik angkutan, yang ramai, itu saja," ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 8 Oktober 2011.
Sebelumnya, gadis berusia 18 tahun yang akrab disapa Putri ini melompat dari mikrolet 27 jurusan Kampung Melayu-Pulogadung. Ia curiga akan dibawa kabur lantaran dekat shelter TU Gas, depan kawasan JIEP, mikrolet yang seharusnya mengambil rute lurus menuju pasar PuloGadung, justru belok kiri menuju Jalan Pemuda. Dua kali Putri bertanya pada sopir soal rute berbeda itu, tapi sopir tak peduli. Putri pun nekat melompat setelah sopir tancap gas dan tak menggubris permintaannya untuk menghentikan kendaraan.
Sang Ibu, Ida Tepo Palupi, mengungkapkan putrinya sudah tak sabar ingin kembali beraktivitas. "Kata dokter lihat Senin, kalau bagus, bisa pulang," ucapnya. Sejauh ini, Ida mengungkapkan, kondisi Putri berangsur membaik. Hasil pemindaian kepala bagus, tidak ada gegar otak seperti yang semula diprediksi.
Ida berharap kejadian ini membuat Putri, yang merantau dari Semarang semakin berpengalaman menghadapi medan di Jakarta. Untuk mengantisipasi kejadian serupa berulang kembali, Ida berencana memperlengkapi Putri dengan "senjata" bela diri. "Mungkin spray cabai," kata dia.
Hingga kini Ida belum berniat melaporkan peristiwa itu ke polisi. Alasannya, tak banyak yang diingat putrinya. Putri tak sempat melihat pelat mobil atau mengingat ciri-ciri fisik sopir mikrolet itu. "Ia hanya ingat usianya 30-40 tahun, bapak-bapak," kata dia. Ida berharap, dengan diberitakannya peristiwa ini masyarakat semakin berhati-hati.
MARTHA THERTINA