TEMPO Interaktif, Jakarta - Laksani, 40 tahun, tetangga korban yang dibuang dalam karung dan koper, mengaku sempat mendengar jerit tangis bocah perempuan berinisial Es, 6 tahun, sesaat sebelum dibunuh.
"Sempat menangis kira-kira setengah jam, baru berhenti," kata Laksani saat ditemui di lokasi pembunuhan di rumah petak nomor 141 RT 4 RW 3, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, Sabtu, 22 Oktober 2011.
Menurut Laksani, saat mendengar suara tangisan itu, ia tengah berusaha tidur di rumahnya yang terletak persis di sebelah rumah korban. Setelah mendengar suara tangisan, ia mengaku tak mendengar apa-apa lagi. "Suara gedebag-gedebug juga tidak ada," katanya.
Tetangga lainnya, Tati Wulandari, 29 tahun, mengaku tak mendengar apa-apa pada malam pembunuhan. Begitu juga dengan Risyawati, 58 tahun, tetangga sebelah selatan rumah korban. "Tidak, tidak ada apa-apa. Sepi, kan jam dua pagi," kata Risyawati.
Pembunuhan terhadap ibu dan anak--Ertati, 36 tahun, dan anaknya berinisial Es, 6 tahun--terjadi pada Jumat, 14 Oktober 2011. Keduanya disetubuhi pelaku, Rahmat Awafi, 26 tahun, sebelum dibunuh. Rahmat membunuh korban saat Ertati kedapatan mengandung jabang bayi hasil hubungan gelap dengan dirinya.
Baca Juga:
Kedua perempuan malang tersebut dibunuh di dalam rumah Ertati. Luas rumah tersebut kira-kira 3x6 meter, disekat tiga dinding tembok. Dengan tetangga sebelahnya, rumah Ertati hanya terpisah tembok.
Risyawati, yang sudah tinggal di perumahan tersebut selama 18 tahun, mengatakan bahwa Ertati baru tinggal di sana sejak Agustus lalu. Ia membayar uang sewa Rp 350 ribu setiap bulan. Ertati dikenal oleh warga sebagai pribadi yang ramah. "Tapi kurang banyak bergaul. Kalau ada perlu saja baru ngobrol," katanya.
ANANDA BADUDU