TEMPO Interaktif, Jakarta - Humala Pardede, seorang sopir Koperasi Taksi Indonesia (KTI), ditemukan tewas di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur, kemarin, sekitar pukul 06.20. Jasad pria 59 tahun itu tergeletak di selokan depan gedung Palang Merah Indonesia (PMI) dengan 25 tusukan di wajah dan tangan. "Korban ditemukan masih bercelana panjang cokelat dan seragam baju biru. Mobilnya terpisah dengan korban," kata Kepala Kepolisian Sektor Duren Sawit, Komisaris Polisi Titik Setyowati, kemarin.
Jenazah penduduk Jalan Cililitan Besar, Jakarta Timur, itu ditemukan anggota Unit Lalu Lintas Kramat Jati, Bripka Kurdim. Taksi B 1211 FTA yang dikemudikannya ditemukan di depan kantor Asabri, Jalan Letnan Jenderal Sutoyo, Cililitan, Jakarta Timur, beberapa saat kemudian. "Di dalam taksi ada bercak darah, obeng, kaus oblong bernoda darah, dan identitas Humala."
Luka di kening ayah empat anak itu akibat tusukan obeng. Kepala belakangnya luka memar seperti bekas pukulan benda keras. Tak ada barang yang hilang dari jasad korban yang kini ada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu.
Humala sudah hampir 20 tahun menjadi sopir taksi KTI. Keponakan korban, Hendri Panjaitan, menilai pelaku sadis. "Sudah tidak berbentuk wajahnya," kata Hendri. Sepengetahuannya, Humala pendiam dan tidak bermasalah.
Kepada polisi, istri Humala, Taruli Simanjuntak, mengatakan suaminya baru keluar rumah pukul 04.00 setelah mendapat telepon dari seseorang yang mengaku penumpang. Namun pada jam 04.30, ponsel Humala tidak bisa dihubungi lagi.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polres Jakarta Timur, Komisaris Didik Heryadi, mengatakan, polisi belum punya cukup alasan menyimpulkan pembunuhan ini bermotif dendam.
HERU TRIYONO
Baca Juga: