TEMPO Interaktif, Jakarta - Mulai hari ini, Senin, 12 Desember 2011, Transjakarta berkomitmen menyediakan area bus khusus penumpang perempuan. Area ini berada di bagian depan bus, mulai deretan kursi belakang sopir hingga deretan kursi dekat pintu.
Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta Muhammad Akbar menyatakan hal ini sebenarnya mulai diterapkan sejak dua pekan lalu di Koridor 1 (Blok M-Kota) dan Koridor 6 (Ragunan-Dukuh Atas). “Mulai hari ini di semua koridor,” kata Akbar saat dihubungi, siang ini.
Area khusus perempuan diperuntukkan penumpang perempuan yang bepergian sendiri dan ingin lebih aman. “Sebenarnya yang kami batasi ruang laki-laki. Penumpang perempuan boleh di mana saja. Bagian belakang masih boleh untuk perempuan, tapi yang datang bersama suami, keluarga, atau pacar,” ucap Akbar.
Akbar menuturkan, pemberlakuan area khusus perempuan dilatarbelakangi dua hal. Pertama, hasil survei wawancara BLU tahun 2008 terhadap 850 responden penumpang perempuan yang menunjukkan 90 persen mereka setuju diberi ruang khusus. “Saat itu pertanyaannya, ‘Apakah mereka setuju ada bus khusus perempuan?’ Jawabannya 90 persen setuju,” kata Akbar.
Kedua, BLU ingin menekan tingkat pelecehan seksual di dalam bus terutama saat kondisi bus penuh. Tercatat tindak pelecehan di dalam bus Transjakarta meningkat dari enam kasus di tahun 2010 menjadi delapan kasus tahun ini.
Menurut Akbar, konsep area khusus penumpang perempuan sudah diterapkan sejak 2009. Namun saat itu masih berupa area antrean khusus perempuan di halte bus.
Sedangkan saat ini fokusnya berganti menjadi area perempuan di dalam bus. Untuk bus single satu pintu dan bus gandeng, perempuan diberi ruang 50 persen di bagian depan bus. Di bus single dua pintu, areanya menjadi 40 persen di bagian depan.
Secara teknis pengkhususan area perempuan ini dilakukan melalui pemberian arahan dari petugas on-board kepada penumpang untuk menempati barisan kursi depan dalam bus. Selain itu, juga didukung pemberian stiker "khusus perempuan" di dalam halte ataupun di dalam bus. “Saat bus berjalan, petugas on-board akan kembali mengimbau dan menjelaskan maksud program ini kepada penumpang,” kata Akbar.
Ia berharap melalui sosialisasi ini penumpang akan lebih waspada dan menjaga diri, baik terhadap penampilan diri sendiri maupun penumpang lainnya. Sosialisasi akan terus dilakukan hingga, "Lama-lama menjadi kebiasaan dengan sendirinya," ujar Akbar.
ATMI PERTIWI