TEMPO.CO, Jakarta - Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menjelaskan mengapa perampokan minimarket menjadi tren belakangan ini. "Karena mendobrak itu membuat perampok mudah masuk TKP dan mudah kabur," ujarnya ketika dihubungi lewat telepon, Sabtu, 14 Januari 2012.
Menurutnya, perampokan minimarket tidak bisa dikatakan sebagai sebuah pola atau modus kriminal yang menjadi tren. "Modus itu sebenarnya modus biasa yang terjadi karena ada masalah ekonomi. Bukan modus yang ada hubungannya dengan masalah politik," kata Adrianus menjelaskan.
Perampokan minimarket, ujar Adrianus, dipilih karena cara tersebut lebih mudah dilakukan dibanding pencurian secara diam-diam. "Kalau pencurian yang tidak bersentuhan dengan korban, dengan mengendap-endap misalnya, lebih memakan waktu. Kalau merampok tinggal memakai topeng, sebentar saja sudah bisa kabur bawa uang," katanya.
Menurut pakar kriminalitas ini, perampokan lebih sering terjadi karena calon korbannya makin kuat. "Saat ini kantor-kantor atau bank sudah ada CCTV, ada satpam, jadi perampok memilih membawa senjata tajam atau pistol," katanya.
Rentannya minimarket menjadi korban perampokan berkaitan dengan banyaknya jumlah minimarket tersebut. "Di satu jalan saja bisa ada tiga minimarket. Pengawasannya juga berkurang karena ingin memberi kenyamanan pada pelanggan, sehingga jadi rentan," katanya menutup wawancara.
ELLIZA HAMZAH