TEMPO.CO, Jakarta - Tim SAR melanjutkan pencarian korban hilang akibat putusnya jembatan penyeberangan di atas Sungai Cihideung, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor Yos Sudrajat, pencarian kembali dilanjutkan di Sungai Cihideung pada pukul 7 pagi, Senin, 20 Februari 2012.
"Sampai saat ini, tim SAR belum menemukan korban hilang," ujar Yos kepada Tempo melalui sambungan telepon, Senin, 20 Februari 2012. Ia juga mengatakan tim SAR sudah hampir memasuki batas Sungai Cisadane.
Dalam pencarian hari ini dikerahkan 300 personel dari seluruh elemen masyarakat. Tim terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bogor, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN), Badan Penanggulangan Bencana Jawa Barat, masyarakat setempat, TNI, Kepolisian, Basarnas, dan Komunitas Penggiat Bencana Bogor. Saat ini juga telah diturunkan satu helikopter SAR dan 12 perahu karet.
Pencarian korban sangat sulit karena terhambat kondisi sungai yang tidak mendukung. Yos mengatakan arus sungai yang sangat deras dan berbatu menyulitkan akses perahu karet. Sementara itu, kondisi air sungai sangat keruh. "Tim sulit melihat ke dalam sungai karena keruh," ujarnya. Kendala lain yakni adanya leuwi (pusaran air yang dalam) di Sungai Cihideung.
Minggu, 19 Februari 2012, pukul 18.30 WIB, tim SAR gabungan menghentikan pencarian tujuh orang yang hanyut akibat runtuhya jembatan sepanjang 25 meter di Kali Cihideung di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dari peristiwa tersebut tercatat 24 orang jatuh, di antaranya satu orang meninggal, tujuh orang hilang, dan 15 orang selamat.
Korban yang ditemukan dalam kondisi meninggal bernama Umamah, 35 tahun, warga RT 01 RW 3, Kampung Pabuaran, Desa Cibanteng. Tujuh orang yang hanyut tersebut diketahui merupakan warga Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang saat itu hendak menghadiri acara Maulid pada pukul 10.00 WIB.
INU KERTAPATI