TEMPO.CO, Depok-Meski tak henti disuarakan di setiap kesempatan oleh sang wali kota, jargon "Depok Sebagai Kota Layak Anak" rupanya masih jauh dari harapan. Cita-cita itu bahkan mendapat hantaman derasnya kasus dan permasalahan anak yang muncul di sepanjang Februari ini.
Sejumlah kasus muncul, mulai sesosok bayi laki-laki yang sengaja ditinggalkan di teras rumah orang lain hingga sepasang bayi kembar laki-laki, berumur satu pekan, yang dicoba dijual seharga Rp 40 juta. Belum tuntas benar kasus bayi, seorang siswa sekolah dasar tega menikam berkali-kali kawan sekelas dan sepermainannya dengan pisau dapur.
"Aman (bukan nama sebenarnya) adalah korban dari tindakan yang tidak wajar dari keluarganya," kata Seto Mulyadi, pemerhati anak, saat mengunjungi Aman di ruang tahanan di Markas Polsek Beji, Depok. "Dia bilang selalu dipukul dan ditendang oleh kakaknya."
Masalah anak-anak jalanan pun belum sepenuhnya tertangani. Masih cukup banyak di antara mereka yang ditemukan tidur di jalan-jalan di Depok selama beberapa pekan terakhir. Pada awal Februari lalu, Riki, 12 tahun, bahkan ditemukan meregang nyawa di danau di kompleks Universitas Indonesia. Dia lalu dikubur tanpa sanak saudara.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Depok Novarita mengakui program andalan Depok Sebagai Kota Layak Anak adalah program jangka panjang. "Perlu bertahun-tahun untuk menjadikan Depok sebagai kota layak anak," katanya.
Peristiwa kekerasan, pelecehan, dan penelantaran anak, menurut Novarita, adalah indikator yang akan memotivasi Pemerintah Kota Depok. Dia mencontohkan komitmen itu dalam kasus Aman, yakni perlindungan hukum. "Kami dan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Kota Depok akan terus mendampingi penanganannya sampai di pengadilan," kata Novarita.
ILHAM TIRTA
Berita lain:
DPRD Kota Depok Akan Jadikan Depok Kota Layak bagi Anak
Wanita di Depok Jual Bayi Kembar Rp 40 Juta
Anak SD Tusuk Temannya Hingga Kritis
Wali Kota Depok Larang Kantin Jual Nasi
Polres Depok Sita 34 Kilogram Ganja