TEMPO.CO, Jakarta - Terkait kelangkaan bahan bakar minyak di sejumlah tempat, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Muhammad Harun mengatakan Pertamina memang mengetatkan pengiriman. "Antisipasi oknum yang memanfaatkan momen kenaikan," kata Harun.
Menurut Harun, selain pengetatan pengiriman, kuota juga dibatasi. "Target konsumsi BBM tahun ini adalah 40 juta liter," kata Harun. Sebanyak 30 persen dari jumlah itu, atau sekitar 12 juta liter, dialokasikan untuk DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Dengan kuota itulah Pertamina mengetatkan distribusi sejak tahun lalu. Pengetatan ini dilakukan untuk mencegah adanya krisis di akhir tahun. "Ini karena konsumsi masyarakat meningkat," kata Harun.
Namun pengetatan bukan satu-satunya faktor. Harun menilai kelangkaan BBM di beberapa SPBU harus dilihat dari faktor lain seperti proses pemesanannya. "Bisa saja SPBU terkait telat pesan atau masih ada biaya tunggakan," katanya.
Hal ini diamini oleh Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas). Kelangkaan saat ini lebih disebabkan masalah teknis, yaitu proses pengiriman atau pemesanan yang bermasalah. "Mungkin ada pengetatan pengiriman dari Pertamina," kata Ketua Hiswana Migas Eri Purnomohadi, Kamis, 15 Maret 2012.
Menurut Eri, menjelang kenaikan harga minyak, belum ada kenaikan permintaan yang signifikan di Jakarta. Dengan variabel itu, Eri lebih memusatkan perhatiannya terhadap masalah pengiriman.
Pengawas SPBU Yos Sudarso, Jakarta Utara, Ngadiman, mengatakan konsumsi rata-rata BBM jenis Premium di pompa bensin tersebut 32 ribu liter per hari. Sama halnya dengan SPBU Gaya Motor. "Per hari rata-rata 24 ribu - 32 ribu liter," kata pengawas SPBU Gaya Motor, Dedi. Mereka mengatakan belum ada peningkatan permintaan.
SYAILENDRA