TEMPO.CO, Jakarta -- Sebanyak sembilan sekolah dasar di Kabupaten Tangerang hingga kini belum dilengkapi sarana kamar mandi dan toilet. Kondisi seperti ini cukup menganggu proses belajar dan mengajar di sekolah-sekolah tersebut. ”Ada sembilan sekolah dasar yang hingga kini tidak punya toilet,” kata anggota Komisi Pendidikan DPRD Kabupaten Tangerang, Sultoni, Senin, 9 April 2012.
Anggota Dewan dari PKS ini menilai kondisi memprihatinkan yang terjadi berlarut-larut ini merupakan bukti kurangnya keseriusan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan pembangunan infrastruktur dunia pendidikan. Padahal, kata Sultoni, APBD untuk pendidikan mencapai Rp 600 miliar.” Ini yang kami sesalkan. Berarti ada sistem yang tidak berjalan. Khususnya di Dinas Pendidikan,” katanya.
Kepala Bidang TK dan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang Endang Waryo mengakui masih banyak sekolah tingkat dasar yang tidak memiliki toilet. Pihaknya berencana pembangunan toilet diprogramkan di 2013. “Mudah-mudahan tahun ini juga ada yang sudah bisa dibangun,” katanya.
Salah satu sekolah yang tidak ada sarana MCK tersebut adalah Sekolah Dasar Negeri Pete, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.Sejak berdiri tahun 1970, banguan sekolah yang terletak di Desa Tegal Sari, Kecamatan Tigaraksa, atau hanya sekitar lima kilometer dari kantor Bupati Tangerang itu tanpa sarana cuci bersih dan pembuangan.” Kami kerap menumpang ke rumah-rumah warga saat hendak buang air,”ujar Kepala Sekolah SD Negeri Pete, Uni Surtiat.
Uni mengatakan, MCK sangat penting bagi sekolah tersebut. Sebab, selama sehari melakukan kegiatan belajar dan mengajar, puluhan guru dan ratusan siswa sekolah itu pastinya membutuhkan tempat untuk buang air kecil maupun buang air besar. “Saya sendiri heran kenapa SDN Pete belum memiliki MCK,” katanya.
Karena tidak ada kamar mandi ataupun toilet, Uni mengaku, para guru dan murid selalu menumpang ke rumah-rumah warga saat hendak buang air kecil maupun besar. Bahkan, sering pula terjadi, ada murid yang terpaksa pulang karena sudah tidak bisa lagi menahan hajat.” Dan, setelah itu tidak kembali ke sekolah lagi,” katanya.
Kondisi itu, kata dia, tentu saja mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah yang dibangun pada era Presiden Soeharto itu.
Uni menambahkan, SDN Pete ini sudah berganti empat kali kepala sekolah. Berdasarkan informasi, semua kepala sekolah sudah mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang Tangerang untuk dibangunkan MCK. “Tapi, aneh. Sampai sekarang tidak jelas realisasinya,” kata Uni.
Saat ini, SDN Pete memiliki tujuh ruangan, dua di antaranya rusak berat, yakni rumah dinas guru dan satu ruang kelas. SDN Pete memiliki 210 siswa dan 12 guru. Tujuh di antaranya masih berstatus tenaga sukarelawan.
JONIANSYAH