TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Seksi Pendidikan Menengah Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat Yusen Hardiman membantah melakukan pengawasan terlalu ketat saat pelaksanaan ujian nasional (UN). Menurut Yusen, pengawasan yang diberikan saat UN tidak berlebihan karena sesuai dengan standar. "Kami tidak memberikan pengawasan yang terlalu berlebihan. Sesuai standar operasional prosedur ( SOP) saja," kata Yusen saat dihubungi Rabu, 18 April 2012.
Pengawasan UN di beberapa tempat mendapatkan perhatian dari masyarakat karena dinilai terlalu ketat. Pengawasan yang terlalu ketat itu dilakukan untuk meminimalisasi siswa berbuat curang saat UN. Tapi ketatnya pengawasan justru membuat siswa grogi dan tertekan. Hasilnya, mereka malah sulit berkonsentrasi dan jadi lupa dengan sejumlah materi yang sudah dipelajari.
Menurut Yusen, standar baku pengawasan UN sudah diterapkan sejak hari pertama. "Pengawasan itu sifatnya lebih kepada pencegahan," ujar Yusen.
Pengawas, kata Yusen, tidak akan sampai benar-benar mengamati siswa sepanjang jam penggarapan UN. Meski begitu, Yusen mengatakan pengawas tetap akan menindak siswa yang kepergok bekerja sama dengan temannya atau berbuat curang. "Intinya, pengawas itu mengawasi dan melayani keperluan siswa selama UN. Tapi, kalau berbuat curang, ya, tetap ditindak," ujar Yusen.
Soal siswa yang mengeluhkan pengawasan UN terlalu ketat, Yusen mengatakan, tidak ada instruksi untuk memperketat pengawasan UN. Jika siswa merasa tertekan atau grogi saat ujian, Yusen menilai itu bukan karena faktor pengawasan yang terlalu ketat. Siswa yang merasa grogi, kata Yusen, karena sejak awal sudah stres menjelang pengerjaan soal. "Itu masalahnya siswanya saja. Mereka terlalu grogi," kata Yusen.
DIMAS SIREGAR