TEMPO.CO, Jakarta - Pengajar Sekolah Teknologi Angkatan Laut, Mayor Bambang Marwoto mengatakan perhitungan konstanta pasang surut masih relevan dalam menentukan terjadinya rob di suatu daerah. "Namun ada alatnya juga, baik yang manual maupun otomatis," ujar Bambang, Selasa, 22 Januari 2013.
Perhitungan konstanta, menurut dia, dilakukan untuk menentukan ketinggian air laut berdasar hasil pengamatan selama minimal 29 hari kalender kerja. Dari hasil perhitungan itu, kemudian dihasilkan sebuah tabel sebagai catatan terjadinya rob di suatu daerah. "Dari situ kelihatan berapa besaran ketinggian air laut dan pasti berbeda di setiap tempat," kata dia.
Dalam satu kali perhitungan, Bambang menjelaskan, petugas diwajibkan mendapatkan angka ketinggian air laut setiap hari. Angka itu kemudian dimasukkan ke dalam tabel untuk digunakan sebagai prediksi terjadinya rob di tahun berikutnya.
Bambang mencontohkan, jika dalam pencatatan ketinggian air laut menunjukkan angka 2,4,6,12,10, berarti banjir rob yang akan terjadi nantinya sekitar 12. "Karena itu adalah angka yang paling tinggi," ujarnya. Dari situ, bisa diperkirakan kapan banjir rob bakal terjadi.
Dia menambahkan, perkiraan cuaca yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dibuat berdasarkan kumpulan awan dan angin yang dihubungkan dengan satelit. Sementara konstanta pasang-surut dibuat dengan melihat fenomena air laut. "Ada hitungannya sendiri untuk menentukan terjadinya rob itu," kata dia.
Seperti diketahui, BMKG memprediksi puncak hujan wilayah Jakarta dan sekitarnya bulan ini bakal terjadi pada 27 Januari mendatang. Saat itu berbarengan dengan bulan purnama yang memungkinkan terjadinya rob cukup besar. Puncak hujan dan bulan purnama ini diperkirakan dapat mengakibatkan beberapa wilayah di Jakarta akan kebanjiran lagi.
JAYADI SUPRIADIN