TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Freedom Institute, Rizal Malaranggeng, menyatakan kebijakan pembongkaran sejumlah vila, termasuk vila miliknya, di kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sebagai langkah yang tak tepat. "Buat apa dibongkar?" ujarnya dalam pesan singkat yang dikirim ke Tempo, Jumat, 15 Maret 2013.
Ia menyatakan, daripada membongkar vila yang telah dibangun, lebih baik melakukan langkah nyata menyelamatkan lingkungan. "Lebih penting merawat dan menanam pohon, itu baik bagi lingkungan dan hutan," ujar Rizal.
Menurut dia, vila-vila yang berdiri di kawasan konservasi bukan persoalan bagi lingkungan hulu sungai, karena proporsi wilayah vila di TNGHS tak ada artinya. "Hanya nol koma sekian persen," ujar dia.
"Masalahnya adalah penggundulan hutan," ujar dia. Menurut Rizal, penggundulan bukan masalah vila atau pemiliknya, melainkan para oknum, seperti pencuri kayu berskala besar yang membuat hutan jadi botak.
"Jadi, jangan mencari kambing hitam di tempat yang salah," ujarnya. Rizal dilaporkan memiliki vila di kawasan konservasi TNGHS. Letaknya dekat dengan tempat wisata air terjun Curug Seribu. Vila itu dibangun di atas tanah seluas 9,5 hektare, yang dibeli pada 2004.
Majalah Tempo menemukan bahwa pembangunan vila-vila di kawasan tersebut berdampak buruk bagi lingkungan. Sebabnya, daya serap air di sana terus menyusut seiring dengan pesatnya alih fungsi lahan di lokasi itu.
M. ANDI PERDANA
Berita Terpopuler:
Harga Bawang Naik, SBY Kecewa terhadap 2 Menteri
Menteri Kesehatan Kritik Kartu Jakarta Sehat
Kursi Patah, Nudirman Munir Jatuh Terduduk
Tiga Wacana Jokowi Jadi Presiden
DitudingTerima 4 M, Saan: Membayangkan Saja Tidak
Sisi Kelam Paus Fransiskus Bergoglio