TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Pemuda Pancasila, Yorrys Raweyai, mengatakan, organisasi kepemudaan yang dipimpinnya berbeda dengan organisasi-organisasi masyarakat yang lain. Ia juga berusaha menampik citra negatif yang sering disematkan publik dan mengaitkan ormas ini dengan dunia premanisme atau kekerasan.
"Pemuda Pancasila itu organisasi yang beda kelasnya dengan ormas kepemudaan yang lain. Karena kaderisasi kami bagus," kata dia kepada Tempo, Jumat, 15 Maret 2013.
Menurut Yorrys, sejak didirikan pada 1959, Pemuda Pancasila tentu mengalami banyak perubahan dilihat dari usianya yang cukup matang. Awalnya, organisasi kepemudaan ini memang dibentuk dengan tujuan mulia, yaitu membangun suatu kekuatan pemuda dan masyarakat serta menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sejak awal terbentuk, organisasi ini menampung anggota dari latar belakang apa pun. "Di zaman saya, ada perubahan, yang dulunya mungkin adu otot jadi adu otak," ujar politikus Partai Golkar dari Papua ini.
Mereka mulai merekrut kader-kader muda intelektual dengan mengumpulkan mereka dalam satuan pelajar dan mahasiswa (satma). "Saat ini sedang berproses sehingga publik akan melihat PP seperti apa nanti," ujar politikus Partai Golkar ini.
Jika PP sesekali terlibat cekcok dengan ormas tertentu dan menimbulkan citra negatif di masyarakat, Yorrys tak membantahnya. "Tapi itu hanya ulah oknum-oknum. PP tidak seperti itu," kata anggota Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR ini membela.
Sebagai salah satu organisasi kepemudaan, Pemuda Pancasila disebut-sebut menjual jasa pengamanan lahan, penagihan, dan penjaga keamanan. Ordernya diterima dari perusahaan resmi yang memiliki jaringan dengan Pemuda Pancasila. Mereka juga kadang terlibat bentrok dengan ormas yang lain sehingga sering kali dikaitkan dengan dunia premanisme dan kekerasan.
MUNAWWAROH
Baca juga
EDISI KHUSUS: Hercules dan Premanisme
Hercules, dari Dili ke Tanah Abang
Kantor Tempo Diserang
Hercules, dari Dili ke Tanah Abang