TEMPO.CO, Jakarta -- Taman Suropati di Menteng, Jakarta Pusat, Ahad, 20 Oktober 2013 sore, tampak ramai. Terlihat berbagai macam aktivitas warga seperti joging, latihan musik, sekedar menghabiskan sore dengan ngobrol, serta beberapa pasang kekasih yang bermesraan di taman yang terletak di samping rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Memang, di taman yang dulunya bernama Boorgermeester Bisschopplein tersedia berbagai macam fasilitas, seperti banyak bangku panjang, pepohonan yang rindang, air mancur di dua sisi kanan dan track untuk berlari. Serta terdapat ornamen-ornamen menyerupai tugu dan patung yang terbuat dari semen dan batu yang semakin memperindah tampilannya. Kalau ingin jajan, tak perlu khawatir, di sana juga terdapat penjual kudapan seperti tahu gejrot, siomay, mi ayam, dan minuman dalam kemasan.
Beranjak malam, taman yang telah berdiri sejak masa penjajahan Belanda itu semakin terasa romantis. Lampu-lampu yang menyoroti tidak begitu terang. Pasangan muda-mudi semakin mendominasi taman yang berbentuk lingkaran seluas 16.322 m2 itu.
Stevie Doncy, 30 tahun, penjual minuman dalam kemasan ini mengamini bahwa semakin malam, di Taman Suropati semakin banyak muda-mudi yang berpacaran. "Pacarannya masih belum melampaui batas kalau yang di bangku, paling sekedar rangkulan, bermesraan," ujarnya. Namun, terdapat pula pasangan muda-mudi yang nekat berciuman di bawah salah satu tugu. "Posisinya paling gelap, penerangan kurang, tempatnya juga jauh dari kerumunan kan," kata dia.
Stevie mengungkapkan pernah ada yang kelewat batas dalam gaya berpacarannya. "Waktu itu dua bulan lalu, di tugu ada yang mau berhubungan intim. Kebetulan kondisi taman sepi. Kalau ada yang melampaui batas kita teriakin," kata pria yang sudah enam tahun berjualan di Taman Suropati ini.
Hal senada diamini Ari, 41 tahun, penjual tahu gejrot mengatakan gaya berpacaran seperti ciuman di Taman Suropati bukan hal yang aneh lagi. "Di samping saya duduk kalau sudah pukul 22.00 WIB ya sering yang ciuman, malam Minggu," tuturnya.
Berdasarkan pantauan Tempo, memang Taman Suropati sering digunakan pasangan yang tengah mabuk asmara untuk bermesraan. Saat waktu masih menunjukkan pukul 17.00 WIB dengan kondisi langit yang masih terang, tak ragu sepasang kekasih dengan pria menggunakan kaos polo berwarna cokelat garis-garis putih berangkulan dengan perempuan yang mengenakan blus berwarna krem.
Selepas Magrib, semakin banyak pasangan yang duduk di bangku taman yang bermesraan. Tak ada satu pun dari puluhan bangku taman yang kosong. Bahkan, yang tak kebagian bangku, duduk lesehan di atas paving dan bebatuan.
Alasan inilah yang membuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang hendak mengubah bentuk bangku taman yang ada saat ini. Ia ingin merubah bangku taman menjadi single, bukan memanjang. Karena menurut dia, bangku yang terbuat dari baja dan kayu jati yang dipasang di sejumlah trotoar dan taman di Jakarta itu digunakan untuk menunggu angkutan atau beristirahat setelah lelah berjalan kaki maupun bersepeda, bukan untuk tiduran atau malah pacaran.
LINDA TRIANITA
Berita Terkait:
Jokowi, Taman Suropati, dan Twinkle Little Star
Menanti Angpao Jokowi di Taman Suropati
Jadwal Ahok Membahas Taman Suropati Hingga Walhi
PKL Taman Suropati Dukung Relokasi di Taman