Saksi mata mengungkapkan bos grup bisnis Mugi Rekso Abadi (MRA) itu masuk dari arah Restoran Peacock. "Dia sempat singgah ke Fluid Lounge. Tapi hanya melihat-lihat," katanya. Di dalam klub, dia berdiri di sisi kanan Island Bar.
Setelah setengah jam berada di dalam klub, teman wanita Adiguna menutup bill. Maka, dipanggillah Rudy. Teman wanita Adiguna—belakangan polisi menyebut namanya Tinul—menyerahkan kartu kreditnya. Namun tak bisa diproses. "Rudy meminta kartu kredit lain. Dia bilang jika tak punya kartu lain bisa dengan uang kontan," kata seorang karyawan Fluid.
Tinul malah marah-marah. "Lu enggak mandang dia siapa (sambil menunjuk Adiguna)? Dia pemilik saham terbesar hotel ini," kata wanita itu. Masih menurut penuturan karyawan itu, kemudian Adiguna ikut marah. "Dia bertanya kenapa..., kenapa. Gue tembak juga lu," katanya. Adik kandung Pontjo Sutowo—salah seorang pemegang saham Hotel Hilton—ini disebutkan menghardik sambil menempelkan pistol ke jidat Rudy.
Rudy, yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno, tersenyum kecut. Dia mengira si tamu bercanda. "Lalu terdengar suara klik dua kali, dan dor," kata saksi tadi. Rudy terkapar. Kepalanya berlubang. Dua bartender, Daniel dan Cut Nina, yang berada di sampingnya berusaha menolong. Pemuda Flores ini akhirnya tewas di rumah sakit.