TEMPO.CO, Jakarta - Penumpang KRL 1131 Serpong-Tanah Abang, Nafi, menuturkan bahwa tidak ada alat bantu evakuasi di dalam kereta yang mengalami kecelakaan tersebut. KRL ini menabrak truk pengangkut bahan bakar minyak, yang nekat menerobos, di perlintasan Bintaro, Jakarta Selatan.
"Saat itu ada benturan keras, bahkan beberapa penumpang di gerbong saya sampai terjungkal," kata Nafi, yang ada di gerbong nomor empat, pada Senin, 9 Desember 2013. Setelah benturan, listrik langsung padam. Penumpang panik karena ada yang melihat api.
Saat itu, petugas di dalam gerbong juga panik. Penumpang, Nafi melanjutkan, semakin gusar karena tidak ada palu kecil di dalam gerbong yang bisa digunakan untuk memecah kaca.
Setelah beberapa menit terkurung di dalam gerbong, pintu tiba-tiba bisa terbuka. Penumpang berhamburan keluar. Karena jarak antara gerbong dan tanah cukup tinggi, tak sedikit penumpang yang terguling.
Nafi sendiri mengaku melompat ke sisi kiri. Saat itu api belum besar. Dia melihat ada warga yang memecah kaca dari luar dengan batu sehingga penumpang bisa loncat.
Tiba-tiba, truk Pertamina yang ditabrak meledak. Dia mengaku mendengar tiga kali ledakan. "Semburannya panas sampai jarak 60 meter," ujarnya. Simak perkembangan kecelakaan kereta Bintaro di sini.
SYAILENDRA
Berita terkait:
Tabrakan Bintaro, Korban Berguling di Gerbong
Tabrakan Kereta Bintaro, 128 Rute ke Serpong Kacau
78 Nama Korban Tabrakan Kereta Bintaro
Efek Tabrakan Bintaro, Penumpang KRL Telantar