TEMPO.CO, Bekasi - Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, kesulitan mencari lahan untuk pembuatan folder air di dua perumahan langganan banjir di Kecamatan Jatiasih. Perumahan langganan banjir tersebut, ialah komplek Dosen IKIP dan Bumi Nasio. "Program jangka panjang dengan membuat folder," kata Kepala Bidang Tata Air pada Dinas Bina Barga dan Tata Air, Kota Bekasi, Nurul Furqon, Selasa, 10 Desember 2013.
Sayang, program jangka panjang itu terkendala lahan. Contohnya, di Perumahan Dosen IKIP, warga menginginkan lahan seluas lapangan sepak bola dijadikan resapan, namun lahan tersebut ternyata bersengketa. Warga mengklaim lahan itu merupakan fasilitas umum, namun belakangan diketahui ada orang yang mengklaim bahwa lahan itu miliknya. "Di Dosen IKIP ada, cuma bermasalah," katanya. "Kami tidak berani," ujarnya.
Sementara itu, di Perumahan Bumi Nasio pemerintah kesulitan mencari lahan. Bahkan, nyaris tak ada fasilitas umum yang luas untuk dijadikan resapan air. "Sekarang masih dikaji program penanganan banjir jangka panjang," ujarnya. "Karena di perumahan itu sangat minim lahan," ia memaparkan.
Furqon menyebutkan, sejauh ini penanggulangan banjir di dua perumahan itu hanya sebatas mengurangi lamanya genangan. Itu dilakukan dengan menempatkan pompa air di dua perumahan tersebut. "Di Dosen IKIP ada satu pompa, sedangkan di Bumi Nasio ada dua pompa," katanya.
Lebih lanjut kata dia, dua perumahan itu memang menjadi langganan banjir sebabnya terletak di cekungan. Dataran perumahan lebih rendah dibanding aliran sungai Jatikramat atau anak Kali Cakung. Akibatnya, ketika terjadi hujan lokal yang lebat, air sulit dibuang. Apalagi kalau debit kali naik, bahkan bisa meluap. "Sekarang kita tidak bisa menghilangkan banjir. Kalau mengurangi lamanya genangan bisa," ujarnya.
Tahun ini, anggaran untuk penanganan banjir Pemerintah Kota Bekasi mengalokasikan dana sebesar Rp 60 miliar dari Rp 300 miliar di Dinas Bina Marga dan Tata Air. Dana itu digunakan untuk menormalisasi dan perbaikan saluran air di seluruh wilayah. Sedangkan, tahun 2014 diusulkan anggaran sebesar Rp 500 miliar untuk infrastruktur, 20 persen di antaranya digunakan penanggulangan banjir.
Anak Kali Cakung merupakan kali alam, mempunyai kedalaman variatif yakni satu sampai tiga meter, sedangkan tanggul yang ada saat ini setinggi tiga meter. Air kali cepat meluap akibat tebalnya sedimen mencapai 50 sentimeter di kali tersebut. Ditambahkan lagi lebar kali hanya mencapai tiga meter. "Sudah dua tahun kali belum dinormalisasi," ujarnya.
Dikatakan dia, anak Kali Cakung mempunyai hulu di Pondok Melati, melintasi sejumlah pemukiman di Jatiasih, dan berujung di Banjir Kanal Timur (BKT) melalui crossing jalan Tol Jakarta-Cikampek dan rel Kereta Api. "Kalau dilebarkan kurang fleksibel, sebab sudah banyak berdiri bangunan di sekitar kali," katanya.
Ketua Taruna Siaga Bencana, Kota Bekasi, Engkus Kustara, mengatakan setiap hujan lebat mengguyur Kota Bekasi, dua perumahan itu dipastikan terendam. Ketinggian air bisa mencapai 1,5 meter. Jumlah rumah yang terendam pun mencapai 500 lebih. "Kami selalu siaga, apabila ada warga yang membutuhkan bantuan," kata Engkus.
Akhir pekan lalu, dua kali terendam banjir. Namun demikian, ratusan kepala keluarga memilih bertahan di dalam rumah. Mereka memanfaatkan lantai dua rumah masing-masing. Warga hanya mengevakuasi kendaraan saja ke dataran lebih tinggi. "Sudah menjadi langganan, warga memilih bertahan," kata Engkus.
Engkus menambahkan, kalau debit air semakin tinggi, banjir di Perumahan Dosen IKIP meluas ke Perumahan Graha Indah yang berada di depannya. Air masuk ke perumahan itu melalui Jalan Raya Pekayon-Pondokgede, akibatnya arus lalu lintas di jalan tersebut kerap terisolasi seperti peristiwa awal tahun lalu.
ADI WARSONO
Berita banjir lain:
Siswa SMA Membuat Alat Pendeteksi Banjir
Banjir Rendam Sejumlah Jalan di Kupang
Lima Mahasiswa Andalas yang Hanyut Ditemukan Tewas
Banjir Rendam 4 Kampung di Tasikmalaya