TEMPO.CO, Jakarta - Sejak kecil, Mita Diran dekat dengan ayahnya, Yani Sjahrial. Meskipun berstatus anak tiri, Mita sangat terbuka dengan Yani. Bahkan, keputusan Mita terjun ke dunia periklanan merupakan hasil arahan dari Yani, yang juga penggiat advertising.
"Saya pun yang menganjurkan Mita berkuliah di Lee Kuan Ywe, Scool of Public Policy di Singapura," kata Yani ketika Tempo bertandang ke rumahnya, Selasa, 17 Desember 2013.
Selama empat tahun berkecimpung di dunia periklanan, tak sekali pun Mita mengeluh. Di mata keluarga, Mita merupakan anak yang energik. Ia juga kerap berkonsultasi dengan Yani soal iklan yang tengah digarap. "Di usia 26 tahun, saya sudah menjadi creative director," kata Yani. "Dan Mita pernah bilang, I'm gonna be better than you daddy."
Bagi keluarga, kepergian Mita bukan kesalahan Young & Rubicam, tempatnya bekerja. Yani sendiri paham dengan pekerjaan anaknya yang sering berkejaran dengan deadline sehingga harus lembur berpuluh jam. Ia dan ibunda Mita, Maya Sjahrial, hanya bisa mendukung dan mengingatkannya agar menjaga kesehatan serta makan teratur. "Kami tidak menyalahkan perusahaan tempat Mita bekerja. Memang begini jalan dari Tuhan," kata Yani.
Mita Diran telah bekerja di Young & Rubicam selama dua tahun. Sebelumnya, perempuan kelahiran 16 April 1986 itu bekerja pada perusahaan periklanan internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, semangat kerja Mita harus berhenti ketika tubuhnya melemah. Mita meninggal pada Ahad pagi, 15 Desember 2013.
CORNILA DESYANA
Berita terkait:
Kasus Mita Diran, Kenali Alarm Tubuh Saat Lembur
Heboh Kasus Mita Diran, Istirahat Minimal 6 Jam
Kasus Mita Diran, Kopi Bisa Jadi Teman Lembur
Kasus Mita Diran, Kerja Lembur Bisa Diatur