TEMPO.CO, Depok - Masyarakat Depok menyambut hangat peringatan Hari Ibu yang jatuh pada hari ini, 22 Desember 2013. Dalam kesempatan ini, ribuan anak yang tergabung dalam anggota Pramuka Kota Depok beramai-ramai membasuh telapak kaki sang ibu. Tangis pun pecah dalam acara yang diadakan di mal Depok Town Square tersebut.
"Dengan membasuh kedua telapak kaki ibu, mereka menjadi ingat kembali akan dosa yang sudah dilakukan," kata Ketua Kwartir Cabang Pramuka Kota Depok, Saryo Sabani di lokasi acara, Ahad, 22 Desember 2013. Anak-anak yang biasa tidak mengindahkan kata-kata ibunya yang meminta belajar, kata dia, akan tersadar bahwa apa yang pinta adalah kebaikan. "Ini adalah bukti bakti anak terhadap ibu, karena surga memang benar ada di kaki ibu."
Menurut Saryo, bentuk ucapan terima kasih anak terhadap orang tua tidak hanya harus melalui materi, melainkan dari perbuatan yang tidak menyakiti perasaan orang tua, termasuk membasuh kakinya. Basuh kaki orang tua diakuinya sudah jarang dilakukan anak-anak saat ini karena budaya gengsi. "Mereka yang usianya sudah cukup dewasa masih ada rasa gengsi untuk melakukan hal itu."
Saryo mengatakan, ada sebanyak 1.900 anggota Pramuka Siaga yang membasuh kaki ibunya hari ini. Kegiatan itu dirasa sangat syarat nilai positif sehingga akan terus dilakukan setiap tahunnya. "Rencananya setiap tahun," katanya. Pada tahun berikutnya, Saryo berharap bukan tingkat siaga saja yang akan mengikutinya, melainkan tingkat penggelang dan penegak juga bisa ikut serta. "Setidaknya dengan basuh kaki ibu segala dosa sebagai anak selalu teringat, restu orang tua itu penting."
Dalam sambutannya, Wakil Wali Kota Depok, Idris Abdul Shomad mengatakan, anak pramuka terbukti memiliki bakti yang tinggi. "Anak-anak pramuka bukan hanya memiliki karakter yang kuat melainkan berbakti kepada bangsa dan juga orang tua," katanya. Terlebih ketika dirinya melihat langsung ribuan anak-anak pramuka berkumpul dalam acara tersebut dengan ibunya masing-masing.
Dirinya berharap kelak, anak-anak pramuka dapat menjadi pemimpin bangsa yang memiliki budi pekerti luhur. "Pada 2045 nanti kalianlah yang akan menjadi pemimpin," katanya. Dia menyampaikan harapannya agar semua peserta memiliki karakter kuat dan luar biasa sehingga siap menghadapi persaingan di masa mendatang.
Keharuan menjadi atmosfer sepanjang acara. Salah satu orang tua siswa, Astuti, 35 tahun, mengaku tergetar ketika kakinya dibasuh oleh anaknya yang bernama Dera Fitria. Dia tak dapat menahan tangis ketika putrinya yang berusia sepuluh tahun dengan lembut membasuh kedua kaki dan membersihkannya. "Ini pertama kali saya dibasuh kakinya oleh anak saya," katanya dengan mata yang berkaca. "Ini mengingatkan saya semasih kecil dan ingat dosa saya pada orang tua."
Dirinya hanya bisa berdo'a, kelak anaknya bisa menjadi anak yang berbakti terhadap bangsa dan kedua orangtua. Tak perduli, anaknya akan bekerja sebagai apa dan menjadi siapa. "Apapun itu pekerjaan dan profesinya nanti, saya berharap dia selalu bisa berbakti dan patuh kepada orang tua," katanya.
ILHAM TIRTA