TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 300 orang dari berbagai elemen masyarakat menggelar unjuk rasa di Terminal Lebak Bulus. Mereka juga sempat bergeser ke Jalan Pasar Jumat, yang tepat berada di depan terminal, namun tidak sampai memblokade jalan itu.
Dalam aksinya, massa yang memakai atribut pita merah ini meneriakkan yel-yel menentang penutupan terminal dan membentangkan sejumlah spanduk. Setelah berorasi di jalan, massa akhirnya masuk kembali ke area terminal. Mereka kemudian berkumpul di depan sekretariat Koperasi Karyawan Bus Antarkota (Kowanbisata).
Aksi massa itu terkait dengan penutupan Terminal Lebak Bulus karena terkena proyek mass rapid transit (MRT) (lihat: Mulai 6 Januari, Terminal Lebak Bulus Ditutup). Sebagian besar pengunjuk rasa adalah mereka yang selama ini mencari nafkah sebagai penjual tiket, pedagang, dan kuli panggul.
Sumardi, Ketua Kowanbisata, mengatakan pengunjuk rasa kecewa karena tidak ada solusi untuk mereka setelah terminal ditutup. "Pak Joko Widodo jangan main tutup, dong, kan kami yang mencari nafkah di sini bingung harus ke mana," katanya.
Sumardi juga menyayangkan Gubernur Jokowi yang tidak pernah berkunjung ke Lebak Bulus. "Hanya janji saja mau ke sini menemui kami, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan," kata dia. Padahal warga sangat ingin berdialog dengan Jokowi. "Jadi tidak perlu gelar demo seperti ini."
Kepala Kepolisian Sektor Cilandak, Komisaris Polisi Sungkono, mengatakan dirinya sudah menyiagakan sekitar 460 personel gabungan untuk mengantisipasi unjuk rasa. Sejauh ini tidak ada gangguan keamanan yang muncul dari aksi unjuk rasa itu. "Kami memastikan penutupan terminal berjalan lancar dan aman," katanya.
PRAGA UTAMA
Berita Lain:
Terminal Lebak Bulus Akan Pindah ke Pondok Cabe
Meski Diprotes, Terminal Lebak Bulus Tetap Ditutup
Proyek MRT, Ini Jalur Alternatif Lebak Bulus
Lebak Bulus Ditutup, Beberapa Usaha Ini Merugi