TEMPO.CO , Jakarta - Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) melakukan rekayasa atau modifikasi cuaca sejak, Selasa, 14 Januari 2013. Modifikasi cuaca dilakukan dengan menyemai garam (NaCl) di atas awan, agar hujan tidak turun di Jakarta melainkan di laut bagian Selat Sunda dan Laut Jawa.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, F. Heru Widodo mengatakan, pemandulan awan juga dilakukan agara awan yang sedang tumbuh tidak semakin membesar. Pemandulan awan dilakukan dengan memasang ground base generator di 24 titik di daerah rawan banjir.
"Ada 24 titik yang dipasang alat ini, yakni dari Gunung Pangrango atau hulu Ciliwung hingga di atas gedung BPPT di Thamrin (Jakarta)," kata Heru kepada Tempo di Landasan Udara TNI-AD Halim Perdanakusuma, Kamis, 16 Januari 2013.
Heru menjelaskan, ground base generator memunculkan butiran-butiran uap ke udara sehingga awannya tidak tumbuh. "Jadi ada persaingan kompetisi uap air di awan, yang membuat uap air tidak tumbuh jadi awan baru atau awanya dimandulkan," ujarnya.
Namun, dia mengatakan, untuk awan yang sudah matang dan besar maka akan dihujankan terlebih dahulu dengan menyemai garam. "Jadi hujan yang sampai di Jakarta berkurang intensitasnya," kata Heru.
Tahun ini, modifikasi cuaca kembali dilakukan selama dua bulan, sejak 14 Januari 2013. Modifikasi cuaca ini menargetkan mampu mengurangi hujan di wilayah DKI Jakarta hingga 30 persen.
Dana yang digelontorkan untuk rekayasa cuaca ini sebesar Rp 28 miliar. Sebanyak Rp 20 miliar diberikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sementara Rp 8 miliar disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Namun pada tahun lalu, anggaran yang habis selama 42 hari modifikasi cuaca hanya mencapai Rp 12,8 miliar.
AFRILIA SURYANIS
Berita Populer
Otto Hasibuan Mundur Sebagai Pengacara Akil
Djoko Kirmanto: Jokowi Jangan Ambil Wewenang Pusat
Kisah Cinta Ahok, Beda 9 Tahun dengan Istrinya
Jajal Bus Transjakarta Baru, Jokowi Kedinginan AC
Suami Khofifah Sudah Lama Menulis Hari Kematiannya