TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mengaku bersikap keras dalam menghadapi warga yang nekat membolongi tanggul. Tak hanya di sepanjang Kali Sunter atau Kemayoran, tapi juga sejumlah warga yang nekat menjebol dan membuka pintu air Waduk Pluit. Insiden itu terjadi pada Ahad, 19 Januari 2014, lalu. (baca: Ahok: Gimana Enggak Banjir Kalau Tanggul Dibolongi?)
Menurut Ahok, sikap kerasnya itu didasari sejumlah pertimbangan. Bukan karena rumahnya berada di kawasan Pluit, tapi karena ada sejumlah kawasan yang harus dijaga. “Kalau saya tidak keras, Pluit tenggelam, Istana tenggelam,” kata Ahok dalam percakapannya dengan Tempo, Senin, 20 Januari 2014.
Lebih genting lagi, kata dia, ada PLTU di Muara Karang, Jakarta Utara. Pembangkit listrik ini memasok listrik untuk Jawa-Bali. “Jadi, bukan karena rumah saya di Pluit. Itu ngawur,” ujarnya. (Lihat FOTO: Melihat Waduk Pluit dari Atas)
Ahok mengatakan kawasan itu sekarang kering karena tertolong oleh Waduk Pluit yang sudah dikeruk. Kalau kemudian seperti Ahad kemarin melimpas, karena kondisi Pluit sekarang. “Tidak ada yang menyangka kawasan itu kini berkembang,” ujarnya.
Liputan Tempo tentang banjir Jakarta di sini: #Banjir Jakarta. Berita tentang sepak terjang Ahok, keluarganya, kisah cintanya klik di sini: #Ahok | Basuki Tjahaja Purnama.
WDA
Berita terkait
Alasan Jokowi Mau Pasang Badan untuk Pusat
Ahok: Kami Bawa Polisi, Mereka Bawa Golok
Suara Kesal Ahok: Kenapa Harus Tunggu Genangan?
Jokowi Perintahkan Buka-Tutup Pintu Air ke Istana