“Jadi, karena air tanah dalam terus disedot, air laut jadi maju ke daratan, karena sifat air kan menyeimbangkan,” ujarnya. Intrusi air itu disebutnya sudah terjadi hingga sebagian Jakarta Pusat dan sebagian Jakarta Barat. Sedangkan di Jakarta Utara, sebagian besar air tanahnya sudah tercemar air laut sehingga tidak bisa dikonsumsi.
Sedangkan dua wilayah lainnya, yakni Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, kondisi tanahnya masih ideal untuk penyerapan air. Elevasi tanah yang cukup tinggi membuat kedua wilayah itu memiliki cadangan air tanah yang jauh lebih banyak dan bersih ketimbang wilayah lain. Tanah di dua kawasan itu juga disebutnya masih memiliki zat kontaminan yang tinggi, sehingga saringan alami airnya juga sangat baik.
“Jadi air yang masuk ke tanah (di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan) itu kondisinya menjadi 90 persen lebih baik, tapi kalau lainnya air yang diserap juga malah jadi kotor,” ujarnya. (Baca: Jokowi Dibikin Pusing dengan Utilitas Bawah Tanah )
Untuk mengurangi intrusi tersebut, Chaidir mengatakan pemerintah perlu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air tanah. Caranya adalah memaksimalkan peran PDAM untuk menyuplai air bersih kepada masyarakat, termasuk pengelola gedung bertingkat. “Karena pelanggan PDAM pun cuma sekitar 30 persen, sisanya pakai air tanah,” ujarnya.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan teknologi pengolahan air agar siap digunakan. Namun, menurut dia, teknologi itu sangat mahal dan membutuhkan investasi yang yang cukup besar. “Kalau tidak, caranya, ya, menunggu air laut melebihi 150 meter, sehingga airnya menjadi asin dan pengelola gedung itu tidak lagi memakai sumurnya,” kata dia.
DIMAS SIREGAR
Berita Terpopuler
Empat Petugas Busway Cabuli Penumpang
Jurus Tiga Baskom Ahok Jika Sodetan Ditolak
Banjir dan Sodetan, Tangerang Undang Jokowi dan Ahok
Jokowi: Sodetan Cisadane Bukan Memindah Banjir