TEMPO.CO , Jakarta:Pemerintah Kota DKI Jakarta tengah berupaya menggunakan berbagai cara untuk mengatasi banjir. Pengerukan kali dan danau merupakan satu dari berbagai cara yang tengah dilakukan. Ada juga sumur resapan untuk menampung air sementara ketika hujan turun.
Namun penggunaan sumur resapan dinilai tak efektif untuk menyelesaikan persoalan banjir. Peneliti Utama Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Edi Prasetyo Utomo menganggap semur resapan yang tengah digeber oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memiliki kelemahan dalam mengatasi banjir.
"Sumur resapan saja tidak cukup (mengatasi banjir)," kata Edi Prasetyo seperti dikutip Majalah Tempo Edisi 27 Januari 2014. Apa saja kelemahan sumur resapan itu?
1. Secara konstruksi tak ada bak penampung sehingga sumur resapan itu cepat penuh terisi air.
Sumur resapan memiliki kemampuan menampung terbatas. Tanpa adanya kontruksi bak penampung jelas saja sumur resapan akan cepat penuuh. Apalagi ketika hujan turun deras.
2. Air permukaan kotor ikut masuk ke dalamnya.
Sebagai penampung air, sumur resapan yang semestinya berisi air bersih terkadang kemasukan air kotor yang berasal dari permukaan. Dampaknya, sumur akan cepat mati jika tak dibersihkan secara teratur.
3. Perlu perawatan sumur.
Masuknya air kotor memperlukan perawatan khusus terhadap sumur itu. Sumur harus dibersihkan secara berkala. Padahal warga DKI cenderung tidak taat membersihkan bagunan semacam itu. Selokan saja banyak dijumpai penuh sampah, apalagi sumur resapan.
UW | PRAGA UTAMA
Berita Terpopuler
Kata Ruhut Ihwal Popularitas Dahlan Iskan
Gempa Kebumen, Pantai Selatan Jadi Zona Aktif
Data Kerusakan Akibat Gempa Kebumen
Gempa Kebumen, Masjid di Banyumas Roboh