TEMPO.CO , Jakarta:- Pemerintah Kota Bekasi, mengakui normalisasi Kali Bekasi dibutuhkan karena sedimentasinya sudah cukup tinggi. Akibat kali mengalami pendangkalan, cepat meluap dan membanjiri pemukiman warga.
"Perlu menormalisasi kali utama yaitu Kali Bekasi agar sedimentasi yang sudah begitu tinggi kembali normal," kata Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, Ahad, 2 Februari 2014. "Hanya masalahnya, tanah eks normalisasi yang belum punya lahan," ia menambahkan.
Karena itu, Rahmat mengaku, pihaknya membutuhkan lahan beberapa hektar untuk menampung tanah eks normalisasi itu. Rahmat mengatakan, selain normalisasi terhadap daerah aliran sungai dimana domainnya ada pada Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi yang bermuara ke kali Bekasi butuh penanganan lanjutan.
"Perlu dikordinasikan dengan Pemerintah Provinsi, Kementrian Pekerjaan Umum, katanya. "Penahanan tanggul dengan sheet pile dan peninggian," sambung Rahmat.
Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi, Ratu Tatu Sukarsih menganggap, tanggul Kali Bekasi yang ada saat ini sudah tak layak. Pasalnya, sebagain sudah jebol, sedangkan penangannya hanya menggunakan bronjong kawat. "Butuh tanggul permanen," kata dia.
Meski warga sudah terbiasa dengan banjir belakangan ini. Menurutnya, pemerintah juga harus mengambil tindakan yang konkret, agar hak masyarakat untuk hidup yang nyaman terpenuhi. "Mereka sudah membayar pajak, jadi mereka juga berhak mendapatkan pelayanan yang nyaman," ia menambahkan.
Sejauh ini, Kali Bekasi mengancam pemukiman yang berada di bantaran kali, baik di hulu maupun di hilir apabila debitnya meningkat. Debit kali meningkat jika di wilayah Bogor diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Aliran dari Kali Cikeas dan Cileungsi bertemu di Jatiasih kemudian menjadi satu di Kali Bekasi.
ADI WARSONO