TEMPO.CO, Jakarta - Monumen Nasional (Monas) akhirnya akan dibersihkan pada Mei 2014, setelah 22 tahun tidak dibersihkan. Pembersihan itu dilakukan oleh Kaercher Indonesia dengan melibatkan 20 teknisi ahli asal Jerman dan Indonesia. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk membersihkan Monas?
Sayangnya, Managing Director Kaercher Indonesia Roland Staehler enggan mengungkapkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahaannya. Kaercher hanya mengatakan biaya untuk proyek Kaercher Membersihkan Monas ini signifikan. (Baca: Siapa Kaercher, Ahli Jerman yang Memandikan Monas)
"Kami tidak ingin berbicara tentang aspek keuangan program CSR (corporate social responsiblity) kami," kata Roland kepada Tempo, Jumat, 4 April 2014. (Baca:Kajian Pembersihan Monas Dilakukan Sejak 2011)
Sebelumnya, Roland menjelaskan bahwa pembersihan Monas pada 5-18 Mei nanti akan melewati dua tahap. Tahap pertama, pada 5 Mei mereka akan mulai membersihkan bagian bawah Monas. Pembersihan menggunakan alat Kaercher yang menghasilkan air panas bertekanan tinggi, yaitu produk seri HDS 6/14 C.
"Produk ini mudah dioperasikan dan mobile. Karena itu, ideal untuk membersihkan seluruh area bawah dan sudut Monas," ujarnya berpromosi di Balai Kota, Rabu, 2 April 2014. Dia berjanji tidak menggunakan bahan kimia karena bisa mempengaruhi material Monas. Setelah itu, tim akan mengumpulkan sisa air kotor dan mengeringkan area dengan mesin sikat pengering Kaercher seri BD 530 Ep.
Tahap kedua, yakni pembersihan leher Monas yang tingginya 132 meter, akan dilakukan pada 9 Mei 2014 oleh tiga ahli asal Jerman menggunakan teknologi tali pengaman. Dalam tahap ini mereka menggunakan alat pembersih yang menghasilkan air panas bertekanan tinggi seri HDS 12/18-4 S. Air panas bertekanan tinggi akan keluar dari mesin melalui pipa semprot yang mudah diaplikasikan dalam tekanan rendah pada bagian marmer leher Monas. (Baca: Kenapa Monas Tak Dibersihkan Seperempat Abad?)
AFRILIA SURYANIS | ATMI PERTIWI
Berita Lainnya:
Gaet 'Swing Voters', PDIP Gencar Jualan Jokowi
Delapan Fakta Virus Mematikan Ebola
Kampanye Terakhir, PDIP Yakin Kuasai Jawa Timur
Jokowi Dianggap Kebal Serangan Kampanye Hitam
Jika Sekarang Pilpres, Jokowi Bisa Jadi Presiden