TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warga Rumah Susun Marunda, Jakarta Utara, mulai memenuhi tempat pemungutan suara (TPS). Mereka yang berada di Cluster B berbondong bondong mencoblos di dua TPS: TPS 37 dan 38.
Lazimnya, menjelang pemilihan digelar, selalu disertai "serangan fajar". Serangan fajar ini bisa berupa pembagian uang, bahan makanan, dan bentuk barang lain. Meski begitu, sejumlah warga Rusun mengaku tak ada serangan fajar di tempat mereka.
"Tidak ada itu. Sejak semalam tidak ada pembagian uang atau sembako," ujar Herman, 34 tahun, warga Blok 6 Lantai 3 Rusun Marunda, Rabu, 9 April 2014.
Ia mengatakan dirinya tidak menerima barang apa pun sebelum pemilihan legislatif digelar. Namun, saat kampanye, ia menerimanya. "Kalau itu kan wajar," ucapnya dengan terkekeh.
Warga lain, Purwanti, 48 tahun, bertutur serupa. Ia mengaku tak menerima uang atau barang apa pun pada malam atau subuh tadi. "Tidak ada, tuh, yang ngasih duit," ucapnya.
Meski begitu, ia berharap ada yang memberi. Hanya, jumlah uang yang diharapkan lebih banyak. "Kalau ngasih Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu, mah, kami tidak mau. Jika Rp 1 juta baru mau," seloroh warga yang tinggal di Cluster A Blok 6 itu.
Supriyatin, warga lainnya yang tinggal satu blok dengan Herman, mengatakan hal serupa. Ia dengan tegas menolak jika ada pemberian uang dan sembako pada malam sebelum pemilihan. "Saya tidak mau kalau dikasih," katanya.
Berdasarkan pantauan, TPS 38 yang terletak di Blok 5 memulai pemilihan legislatif baru pukul 08.00. Banyak pemilih yang mengeluhkan keterlambatan panitia dalam menggelar pemilihan. "Seharusnya pukul 07.00 sudah mulai, tapi ini belum," kata Herman.
Berbeda dengan TPS 38, TPS 37 memulai pemilihan tepat pukul 07.00. Meski begitu, TPS tersebut cenderung sepi pemilih dibanding TPS 38. (Baca juga: Pemilu, KRL dan Transjakarta Tetap Beroperasi)
ERWAN HERMAWAN
Berita Lainnya:
Pria Terjatuh Lalu Tewas Saat Antar Kotak Suara
Pemilu, Jakarta Diwarnai Gerimis
ICW: KJP Bisa Ditunggangi Menggaet Pemilih