Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekolah dengan Keamanan Ketat Dibobol Pedofil

image-gnews
Sejumlah anak memasang prakarya pada tembok penampungan sementara milik yayasan Bahtera yang menyediakan pendidikan non-formal untuk mencegah anak-anak menjadi korban eksploitasi seks di Bandung, Jawa Barat (29/8). Yayasan ini bertujuan agar kasus kekerasan seksual tidak terjadi lagi. (AP Photo/Dita Alangkara)
Sejumlah anak memasang prakarya pada tembok penampungan sementara milik yayasan Bahtera yang menyediakan pendidikan non-formal untuk mencegah anak-anak menjadi korban eksploitasi seks di Bandung, Jawa Barat (29/8). Yayasan ini bertujuan agar kasus kekerasan seksual tidak terjadi lagi. (AP Photo/Dita Alangkara)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sekolah bertaraf internasional di Jakarta itu terlihat sangat serius menerapkan sistem keamanan yang ketat. Area sekolah yang terdiri dari taman kanak-kanak hingga SMP itu dikelilingi dua lapis pagar tembok dan kawat setinggi tiga meter. Aktivitas di dalam sekolah praktis tidak terlihat dari luar.

Aneka mobil mewah seperti Toyota Alphard, sedan Volvo, Mercedes-Benz, hingga Toyota Camry berseliweran masuk dan keluar sekolah dengan melewati gerbang bercat hijau setinggi tiga meter. Setiap kali akan masuk, semua kendaraan harus melewati pemeriksaan di pintu gerbang yang dijaga tiga satpam berseragam safari oranye. Semuanya memegang radio komunikasi dua arah.

Seorang satpam tampak memberi hormat kepada orang di dalam mobil, menanyakan keperluan, seentara satpam lainnya mengecek bagasi serta melihat kolong mobil menggunakan cermin khusus. Prosedur ini dijalani setiap mobil selama sekitar satu menit. Kemacetan pun terjadi karena kendaraan yang akan masuk ke sekolah ini harus mengantre.

Bahkan Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia Erlinda yang mengunjungi sekolah itu pada Selasa siang, 15 April 2014, tertahan selama sekitar 15 menit lantaran menunggu izin masuk dari pihak sekolah.

Jika tidak ada mobil yang melintas, dua barikade besi muncul secara otomatis dari lantai aspal di dalam gerbang. Barikade ini mirip seperti yang terpasang di gerbang Istana Merdeka dan sejumlah kantor duta besar. Pintu gerbang juga membuka dan menutup secara otomatis. Sejumlah bus angkutan antar-jemput murid tampak terparkir di dalam halaman.

Buat pengendara sepeda motor, ada area parkir yang letaknya di paling depan, di luar gerbang utama. Sedangkan bagi pengunjung yang tidak membawa kendaraan, ada pintu khusus yang terletak di antara gerbang utama. Di pintu masuk, terdapat tulisan tentang keamanan sekolah dan muridnya.

"Dengan mengutamakan anak sebagai prioritas utama kami, dimohon agar anak-anak sekolah dasar yang menggunakan fasilitas JIS harus diawasi setiap saat oleh orang tua atau walinya," begitu isi imbauan tersebut.

Setiap pengunjung harus melaporkan diri terlebih dahulu kepada petugas. Setelah menukar kartu identitas, pengunjung mendapat kartu yang digunakan untuk membuka pintu putar besi. Tidak lupa, barang bawaan juga diperiksa menggunakan metal detector. Di dalam ruang pemeriksaan pengunjung itu, terlihat tiga kamera pengawas.

Tulisan "Kampus ini diawasi kamera CCTV" terpampang jelas. Secarik kertas berwarna hijau bertuliskan "Smile you're on candid camera" tidak berhasil mengurangi kesan angker itu.

Sebetulnya wajar jika sekolah yang biaya pendidikannya bisa mencapai sekitar US$ 30 ribu setahun itu menerapkan standar keamanan tinggi. Sebab, banyak putra-putri ekspatriat ataupun anak para pejabat kedutaan yang bersekolah di sini. Pada 2005 bahkan sekolah ini mendapat ancaman bom, meskipun kemudian tidak terbukti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Standar operasionalnya memang begitu, sangat ketat," kata seorang satpam yang enggan dikutip namanya.

Namun siapa sangka sekolah internasional superketat ini kebobolan juga. Sejumlah petugas kebersihan yang berstatus tenaga alih daya sekolah itu tega mencabuli seorang murid taman kanak-kanak yang baru berusia lima tahun. Mereka melakukan aksi keji itu di dalam area sekolah, tepatnya di dalam toilet. "Diduga kuat aksi ini sudah dilakukan sejak Februari lalu," ujar Andi M. Asrun, pengacara korban, kemarin.

Berdasarkan fakta yang ditemukan pengacara korban, diketahui salah seorang tersangka pencabulan merupakan pegawai tak resmi. "Tersangka bernama Awan hanyalah pegawai bayangan yang menggantikan Agung kalau tidak masuk," ujar Andi. Kedua orang itulah yang melakukan pencabulan, bahkan menularkan bakteri yang menginfeksi korban.(Baca : KPAI: Sekolah Lokasi Pelecehan Ikut Tanggung Jawab)

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menganggap pihak sekolah telah kecolongan dalam kasus pencabulan di sekolah ini. Arist menyatakan sekolah telah lalai dalam mengawasi murid dan terutama pegawainya. "Bagaimana bisa aksi yang dilakukan berkali-kali itu sama sekali tidak terendus guru korban?" ujarnya. Dia mengatakan seharusnya pihak sekolah juga melakukan pengecekan mendalam terhadap latar belakang para pekerja di lingkungan sekolah.

Adapun Erlinda menyatakan, dengan adanya kasus ini, pihak sekolah harus segera melakukan evaluasi terhadap para karyawannya. Dia juga meminta pihak sekolah proaktif dalam penyelidikan kasus ini, karena diduga ada korban dan pelaku lain yang belum teridentifikasi.

"Tentu pihak sekolah juga terpukul atas kejadian ini, tapi kami minta mereka tidak tertutup terhadap pihak berwenang dan menyampaikan informasi sebenar-benarnya." Hingga Senin siang, pihak sekolah masih belum mau menemui para wartawan yang mencoba mencari informasi sejak pagi. Petugas keamanan mengatakan pengelola sekolah sedang menghadiri rapat untuk membahas masalah ini.

PRAGA UTAMA

Berita Terpopuler

Siswa TK Internasional Diduga Alami Pelecehan
Modus Pelecehan Seksual Murid TK Internasional
Bocah Korban Pelecehan: Stop, Please Don't Do That 
Pelaku Sodomi Murid TK Internasional Berkomplot

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

3 hari lalu

Ilustrasi pasangan cemburu. Freepik.com
10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

Anda sering terluka atau mempertanyakan harga diri. Berikut perilaku pasangan yang menjadi sinyal Anda harus bersikap tegas dalam hubungan.


Tanggapan Pihak Johnny Depp atas Tuduhan Pelecehan Verbal dari Lawan Mainnya

6 hari lalu

Aktor dan produser Johnny Depp hadir dalam sesi pemotretan untuk mempromosikan film dokumenter
Tanggapan Pihak Johnny Depp atas Tuduhan Pelecehan Verbal dari Lawan Mainnya

Tanggapan Johnny Depp setelah dituduh melakukan pelecehan verbal terhadap lawan mainnya di lokasi syuting film Blow yang dirilis 23 tahun lalu.


Mantan Produser Nickelodeon Minta Maaf Atas Perilakunya yang Diungkap Serial Quiet On Set

8 hari lalu

Dan Schneider, mantan produser Nickelodeon. Foto: YouTube DanWarp
Mantan Produser Nickelodeon Minta Maaf Atas Perilakunya yang Diungkap Serial Quiet On Set

Mantan Produser Nickelodeon, Dan Schneider terseret kasus pelecehan, seksisme, rasisme, dan perlakuan tidak pantas terhadap artis cilik.


Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

9 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

Fakultas Filsafat UGM menunggu laporan dari para korban untuk penanganan yang lebih tepat dan cepat.


Kilas Balik Kasus Pungli di Rutan KPK, Terbongkarnya Diawali Kejadian Pelecehan Seksual

11 hari lalu

Wakil Ketua KPK, Nurul Gufron, Sekjen KPK, Cahya Hardianto Harefa, Direktur Penindakan Asep Guntur Rahayu (kiri) dan juru bicara KPK, Ali Fikri (kanan), menghadirkan 15 orang petugas Rutan KPK resmi memakai rompi tahanan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2024. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Pungli di Rutan KPK, Terbongkarnya Diawali Kejadian Pelecehan Seksual

KPK telah menetapkan 15 tersangka kasus pungutan liar di rumah tahanan KPK. Berikut kilas baliknya, diawali kejadian pelecehan seksual.


Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

22 hari lalu

Rektor nonaktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno didampingi kuasa hukumnya usai menjalani pemeriksaan dugaan kasus pelecehan seksual di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024. Dalam keteranganya, tudingan adanya pelecehan seksual tersebut hanya asumsi karna tidak ada bukti yang sah, ia juga mengaku kasus ini bagian dari politisasi menjelang pemilihan rektor. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno dilaporkan dua orang atas dugaan pelecehan


Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Dokter di Palembang, Pelapor akan Serahkan Barang Bukti

27 hari lalu

Ilustrasi Pelecehan Seksual. govexec.com
Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Dokter di Palembang, Pelapor akan Serahkan Barang Bukti

Perkara dugaan pelecehan seksual oleh dokter di salah satu rumah sakit di Jakabaring, Palembang, terus bergulir di Polda Sumatera Selatan


Datangi Polda, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

28 hari lalu

Rektor nonaktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno alias ETH, 72 tahun, saat tiba di Polda Metro Jaya, Kamis, 29 Februari 2024. Foto: ANTARA/Ilham Kausar
Datangi Polda, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

Rektor Universitas Pancasila nonaktif, Edie Toet Hendratno, 72 tahun, memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa di kasus dugaan pelecehan seksual


Rektor Universitas Pancasila Diperiksa Hari Ini, Korban Bantah Ada Motif Politik

28 hari lalu

Demonstran membakar kayu dan kardus di depan Gedung Rektor Universitas Pancasila, saat demonstrasi menolak rektor yang diduga mmelakukan pelecehan di Lenteng Agung, Jakarta, 27 Februari 2024. TEMPO/Jati Mahatmaji
Rektor Universitas Pancasila Diperiksa Hari Ini, Korban Bantah Ada Motif Politik

Pengacara rektor Universitas Pancasila menuding ada motif politik karena isu pelecehan seksual ini mencuat jelang pemilihan rektor.


Yayasan Minta Rektor Universitas Pancasila Kooperatif Jalani Proses di Polisi soal Dugaan Pelecehan

29 hari lalu

Sekretaris YPPUP Yoga Satrio didampingi Plt Rektor Universitas Pancasila Sri Widyastuti (tengah) dan Warek IV Diennaryati Tjokrosuprihatono saat jumpa pers di lantai 2 Gedung Rektorat Universitas Pancasila, Kampus Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa, 27 Februari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Yayasan Minta Rektor Universitas Pancasila Kooperatif Jalani Proses di Polisi soal Dugaan Pelecehan

Yayasan Universitas Pancasila meminta rektor nonaktif ETH kooperatif menjalani proses di kepolisian dalam kasus dugaan pelecehan seksual