TEMPO.CO, Bekasi - Program Kementerian Sosial untuk mengatasi persoalan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Bekasi gagal. Pasalnya, sejumlah modal untuk membuka usaha keterampilan yang diberikan secara cuma-cuma kepada PMKS penghuni panti sosial malah dijual kepada warga.
Seperti yang dilakukan oleh Mul, 45 tahun, dia nekat menjual perlengkapan membuat kue dengan harga murah kepada warga. Misalnya, alat oven, satu set kompor lengkap dengan gas, blender, dan lainnya, serta bahan mentah membuat kue dijual setengah harga dari harga pasaran. "Dari pada numpuk di kontrakan, tidak terpakai. Mending dijual," kata dia pada Tempo, Ahad, 29 Juni 2014.
Perempuan yang digelandang Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bekasi dari simpang Rawapanjang enam bulan lalu itu mengaku, menjual barang tersebut karena tak mempunyai modal pertama untuk membuka usaha. "Kalau mau buka di sini, tidak bisa. Buka di kampung tidak punya uang," kata dia.
Ia mengatakan selama enam bulan di dalam panti sosial, diajarkan untuk membuat berbagai macam kue. Setelah selesai, mereka diberikan modal seperti peralatan lengkap membuat kue berikut bahannya, serta uang tunai Rp 300 ribu untuk pulang kampung. "Uang segitu buat pulang nanti habis," kata perempuan yang mengontrak rumah di bilangan Jatimulya ini.
Ia mengatakan hasil penjualan perabot tersebut digunakan untuk biaya makan sehari-hari bersama teman laki-laki dekatnya yang kini tinggal serumah dengan seorang anak kecil. Selama persediaan untuk hidup masih ada, ia mengaku ingin di rumah. "Sementara di sini dulu," kata dia enggan menyebutkan rencana selanjutnya.
Hal yang sama juga dilakukan teman lelakinya. Seluruh perlengkapan untuk membuat tahu dan tempe dijual kepada warga. "Saya bisa membuat tempe, tapi mau bikin di mana," kata pria paruh baya tersebut. "Mau membuat di kampung, sudah banyak di sana," kata pria asal Surabaya ini.
Puluhan penghuni Panti Sosial Bulak Kapal, pada Kamis pekan lalu keluar dari panti sosial. Karena sudah enam bulan diberikan pendidikan dan tempat tinggal secara gratis, mereka kemudian diminta keluar dengan harapan dapat membuka usaha sendiri, sehingga tak turun ke jalan meminta-minta. (Baca juga: Hingga Juni, Jakarta Barat Jaring 700 PMKS)
Tapi kenyataanya, mereka malah menjual barang pemberiannya. Bahkan ratusan barang digelar layaknya seperti pasar dadakan. Warga pun berkerumun memborong barang murah tersebut. "Mumpung ada yang murah, saya mengambil dua termos nasi," ujar penjual pecel lele di Kampung Jatibulak. (Lihat pula: Ahok Protes Lansia Dikurung di Balik Jeruji Besi)
Direktur Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Ikatan Cindikiawan Muslim Indonesia (LKBH-ICMI) Bekasi, Abdul Chalim Soebri, menilai 100 persen program pemerintah gagal. Pasalnya, banyak PMKS yang hanya menikmati hasil pemberian, tanpa mengembangkan. "Pelajaran mental yang harus diberikan, sehingga mereka mau berkembang, dan tidak kembali ke jalan," kata dia.
ADI WARSONO
Berita utama
Wawancara Tempo dengan Jurnalis Allan Nairn
RMS Dukung Jokowi Jadi Presiden
Jokowi Janji Tuntaskan Kasus Pelanggaran HAM