TEMPO.CO, Bekasi - Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Bekasi membangun laboratorium lingkungan untuk konservasi hutan mangrove seluas 20 hektare di pantai utara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Lebih dari 1.000 dari 200 ribu pohon mangrove yang ditargetkan telah ditanam di kawasan konservasi.
Kepala SMA Negeri 2 Ekowati menjelaskan, laboratorium dibangun di kawasan hutan mangrove yang telah rusak akibat pembalakan liar. Sebagian lahan tersebut telah berubah wujud menjadi tambak ikan dan udang. (Baca: Hutan Mangrove Bekasi Merana)
"Konservasi untuk memulihkan kembali fungsi hutan mangrove di wilayah pesisir," kata Ekowati kepada Tempo, Jumat, 11 Juli 2014. Laboratorium konservasi terletak di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong.
Guru dan siswa SMA Negeri 2 Kota Bekasi sejak tiga tahun lalu tergugah melakukan konservasi karena hutan mangrove di kawasan tersebut telah rusak parah dan setiap pekan terjadi musibah banjir akibat abrasi.
Selain menanam mangrove, guru dan siswa juga aktif mengkampanyekan penyelamatan ekosistem makhluk hidup di wilayah pesisir, seperti lutung Jawa, owa, dan kera ekor panjang, yang jumlahnya sekitar 80 ekor.
Wakil Kepala SMA Negeri 2 Kota Bekasi yang juga pembina aktivitas konservasi hutan mangrove, Endang Sukmana Karta Wirya, menjelaskan, konservasi hutan mangrove yang dilaksanakan guru dan siswa diharapkan mampu menyelamatkan hewan yang hampir punah itu.
“Di sana masih ada lutung Jawa, namun jumlahnya semakin sedikit karena perburuan liar,” kata Endang. Menurut Endang, keberadaan lutung Jawa, owa, atau kera ekor panjang memprihatinkan.
Populasi hewan-hewan ini tersebar di sejumlah muara di pesisir Muaragembong. Laboratorium lingkungan itu bisa menjadi rumah yang aman dan nyaman bagi hewan-hewan tersebut.
HAMLUDDIN