TEMPO.CO, Jakarta - Arus urbanisasi ke DKI Jakarta tak terbendung pasca-Idul Fitri. Pendatang tergoda mengadu nasib di Ibu Kota karena tak ada lapangan pekerjaan di daerah asal dan tergiur upah minimum regional (UMR) yang tinggi di Jakarta.
Idaroni, 28 tahun, asal Indramayu, mengatakan tak ada kesempatan kerja untuk dirinya di kampung halaman. Ibu satu anak ini harus menafkahi keluarganya di Indramayu setelah sang suami yang bekerja sebagai sopir di Pertamina dipecat. "Mau kerja apa kalau di kampung. Kalau di sini banyak kesempatan dan gaji minimal bisa dapat Rp 2,3 juta," kata Ida yang ditemui pada Rabu, 27 Agustus 2014.
Ida diberitahu kakak iparnya yang sudah lama bekerja di Jakarta bahwa ada banyak lowongan di pabrik-pabrik garmen di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cilincing. Namun, sudah satu bulan Ida di Jakarta, lamarannya tak kunjung diterima KBN. "Mereka minta yang ada pengalaman di bidang konveksi. Saya tidak punya," ujar Ida.
Ida saat ini menumpang di kamar kos abang dan kakak iparnya yang berukuran 2x3 meter di Jalan Swadaya, Sukapura, Cilincing. Setiap hari, dia mendatangi pabrik-pabrik di KBN dan memasukkan lamaran untuk berbagai posisi yang ditawarkan.
Begitu pula dengan Nur Halimah, 21 tahun, yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Dia mendengar dari tetangganya yang pulang kampung ke Bima bahwa siapa saja akan diterima bekerja di KBN meski tak punya pengalaman. Nur pun nekat merantau karena tak berhasil mendapat pekerjaan di Bima semenjak lulus SMA.
Berbekal rekomendasi dari temannya itu, Nur dengan gampang mendapat pekerjaan di salah satu pabrik garmen di BKN. "Posisi saya helper yang menggunting benang di samping penjahit," kata Nur.
Nur digaji Rp 2,5 juta sebulan. Dia menyewa sebuah kamar kosan tak jauh dari pabrik. Nur lebih beruntung dari Ida karena menempati sendiri kamar kosan itu. Dia juga memiliki kamar mandi pribadi di dalam kamar. Harga sewa kamar itu Rp 350 ribu tiap bulan.
"Saya cuma perlu keluar uang untuk bayar kosan karena ke pabrik tinggal jalan kaki. Kalau makan bisa dihemat. Jadi, saya bisa mengirim cukup banyak untuk keluarga di kampung," kata Nur memaparkan.
Data Dinas Dukcapil menyebut ada 68.573 pendatang baru ke Jakarta setelah Idul Fitri. Dari jumlah tersebut, 17 persen di antaranya atau sekitar 11.558 jiwa berada di Jakarta Utara dan 2.000 berada di Kelurahan Sukapura. Kelurahan ini menjadi salah satu tujuan pendatang karena dekat dengan KBN, lokasi sejumlah pabrik garmen.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Prabowo: Kalian Berkhianat? Dapat Apa dari Jokowi?
Hatta ke Prabowo: Mau Sampai Kapan Begini Terus?
Kenapa Prabowo Tolak Berpidato Seusai Putusan MK?
Ahok Pastikan Maju Lagi 2017