TEMPO.CO, Bekasi - Bekasi menjadi pembicaraan publik karena beredarnya meme parodi yang bernada sindiran. Di antaranya, cuaca yang panas dan macet. Seorang warga Kota Bekasi, Yolanda Ryan, 23 tahun, tak setuju dengan parodi di Twitter yang menganggap Bekasi tidak nyaman untuk ditempati. (Baca: Bekasi Dirisak, Pemkot Bekasi Galang Dukungan)
Yolanda, yang lahir dan dibesarkan di Kota Bekasi, mengatakan merasa nyaman selama tinggal di sana. Menurut dia, banyak perubahan yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi. "Bekasi yang sekarang lebih baik daripada yang dulu," kata Yolanda kepada Tempo, Senin, 13 Oktober 2014. (Baca: Bekasi Dirisak, Mirip 'Mati Ketawa Cara Rusia')
Dahulu, kata dia, Bekasi menjadi tempat langganan banjir, tapi sekarang sudah tidak lagi. Pemerintah Kota Bekasi juga telah membangun infrastruktur jalan dan jembatan, salah satunya Summarecon yang menjadi salah satu ikon Kota Bekasi. (Baca: Dirisak, Pemkot Bekasi Mestinya Langsung 'Action')
Pernyataan senada juga disampaikan Dodi Yunito, 60 tahun. Dodi merasa nyaman tinggal di Kota Bekasi. "Kalau dibandingkan dengan Kabupaten Bekasi, lebih enak di kotanya. Kabupaten lebih padat, parah macetnya," kata Dodi.
Seorang karyawan Stasiun Kereta Api Bekasi, Basunandri Wedya, menyatakan tak nyaman tinggal di Bekasi. Dia lebih suka tinggal di Kota Bogor karena cuacanya sejuk. "Kalau macet sama saja, tapi Bogor lebih adem dan nyaman. Entah, saya enggak betah di sini (Bekasi)," kata dia.
Warga asli Bogor itu memilih pergi-pulang Bogor-Bekasi-Bogor dengan menggunakan kereta rel listrik. Biasanya dia menghabiskan waktu dua jam untuk menempuh perjalanan tersebut. Menurut dia, pembangunan di Bekasi cukup pesat, tetapi tak diimbangi dengan ruang terbuka hijau yang memadai. Ruang publik pun terbatas. "Jadinya terlihat gersang dan sangat panas," ujarnya.
DEWI SUCI RAHAYU
Topik terhangat:
Mark Zuckerberg | Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Pengganti Ahok Mantan Koruptor, Ini Kata Gerindra
Video Penganiayaan Murid SD di Bukittinggi Beredar
Gerindra Usut Pengkhianatan Kadernya di Pilpres