TEMPO.CO , Jakarta: Universitas Trisakti telah merampungkan sebuah monumen yang dinamakan "Monumen 12 Mei Reformasi" di persimpangan Jalan Kyai Tapa-Letjen S. Parman atau kawasan Grogol, Jakarta. Presiden Mahasiswa Trisakti Prasetyo Wishnu mengatakan, monumen itu dibangun untuk memperingati peristiwa meninggalnya empat orang mahasiswa Trisakti di masa reformasi 1998.
"Life and Soul-nya mahasiswa Trisakti ada di perjuangan mahasiswa 12 Mei 1998. Maka, nama monumen itu kami sesuai dengan hari tragedi," kata Prasetyo, saat ditemui Tempo di Kampus Trisakti, Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat, Senin, 10 November 2014. Pada 12 Mei 1998, empat mahasiswa Trisakti tewas karena ditembak aparat penegak hukum saat menuntut Mantan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Saking seriusnya terhadap tragedi itu, mereka membuat Tugu Reformasi di Kompleks Kampus Trisakti. Mereka pernah meminta pemerintah mengganti nama Halte Transjakarta, yang mulanya diberi nama "Halte Grogol", menjadi "Halte 12 Mei Reformasi" tahun lalu. "Dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (ADART) kami telah tercantum materi kaderisasi yang mengandung nilai-nilai perjuangan reformasi," katanya. (Baca: Nama Baru Terminal-Halte Grogol 12 Mei Reformasi)
Rencananya, monumen itu akan diresmikan hari ini. Namun, kata Prasetyo, karena PLT Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sedang sibuk dalam menghadapi masa pengangkatan jabatannya, maka mereka mengundurnya menjadi 10 Desember 2014, bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia. Rencananya, di hari peresmian mereka akan mengundang keempat keluarga korban.
Prasetyo bercerita, ide pembangunan monumen itu muncul setelah Ahok mengunjungi Kampus Trisakti. Saat itu, Ahok memberi kesempatan pada mahasiswa Trisakti untuk mendesain kawasan Grogol dengan tema reformasi. Ahok, yang juga alumni Trisakti, berjanji akan merealisasikan desain itu dengan berbagai syarat.
Prasetyo melanjutkan, syarat yang diberikan Ahok berseberangan dengan rencana monumen tersebut. Awalnya, desainer berencana memasang empat patung di samping monumen itu. Namun, hal itu ditolak karena dianggap mengganggu konsentrasi pengguna jalan dalam berkendara. Dia menjelaskan, Universitas Trisakti mengeluarkan dana Rp 70 juta untuk membangun monumen itu.
Menurut pantauan Tempo, monumen setinggi 2,4 meter dengan lebar 159 sentimeter itu dibangun di belokan Jalan Kyai Tapa menuju Jalan Letjend S. Parman. Sebenarnya, ukuran bangunan berbentuk segitiga itu kurang besar untuk disebut sebagai monumen. "Tapi mahasiswa di sini ngotot menyebutnya sebagai monumen karena kami sudah punya tugu reformasi," ujar Prasetyo.
Monumen itu berdiri di ujung taman kecil yang memisahkan jalur ke arah Grogol, dan jalur Letjend S. Parman. Mahasiswa Trisakti, kerap memanggil nama taman itu dengan sebutan "Taman Pulau".
PERSIANA GALIH