TEMPO.CO, Bogor - Laju pertumbuhan kawasan terbangun di daerah hulu sungai Ciliwung membuat daya tangkap tanah terhadap air hujan semakin rendah. Kemampuan tanah dalam menyerap air hanya sebanyak 108 meter kubik perdetik. Sementara, curah hujan di Kawasan Puncak mencapai 2.913 milimeter pertahun.
"Hanya 10 persen air hujan yang terserap oleh tanah. Sisanya menjadi air limpasan yang langsung turun ke sungai. Sehingga, pada musim hujan seperti ini, debit sungai meningkat tajam," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor Roni Sukmana kepada Tempo di Bogor, Kamis, 20 Nopember 2014.
Untuk meningkatkan daya resap air, Roni menjelaskan, penggunaan tanah di kawasan Puncak harus dikendalikan. Selain itum pemerintah daerah melakukan penghijauan kembali dan membuat lubang biopori serta bioretensi. "Semakin luasnya kawasan terbangun di Puncak membuat kemampuan serapan air dengan curah hujan tinggi sangat tidak sebanding," ujar dia.
Menurut Kepala BLH, daya serap air hujan di Puncak dan daerah hulu sungai lainnya setiap tahun terus menurun. Pembangunan oleh masyarakat yang tidak mengidahkan aspek lingkungan membuat kualitas tanah dalam menyerap air terus berkurang. "Harus ada pengendalian secara ketat dan penertiban bangunan yang berdiri di kawasan resapan air."
Salah satu program pemulihan kawasan resapan air, Roni meceritakan, BLH Kabupaten Bogor sudah membuat lubang biopori sebanyak 10.000 buah di Kawasan Puncak. Selain BLH, Tentara Nasional Indonesia telah membuat membuat sebanyak 35 ribu lubang biopori.
Data BLH, saat ini sudah ada 70 ribu lubang biopori yang tersebar dari kawasan hulu hingga daerah aliran sungai. "Penanaman pohon terus digalakan. Tapi yang terpenting untuk menjaga kelestarian kawasan hulu adalah pengendalian pembangunan, termasuk vila dan pemukiman penduduk," Roni menegaskan.
Penjaga Bendungan Katulampa Bogor, Andi Sudirman mengatakan, ada perbedaan karakter hujan pada tahun 2013 dengan tahun 2014 ini. Pada November 2013, hujan setiap hari turun secara merata di wilayah Bogor, sehingga ketinggian air di bendungan naik secara bertahap. Tapi tahun ini, intensitas cenderung rendah namun bisa mendadak tinggi.
"Dari kondisi normal, seperti sekarang yakni tinggi muka air 40 sentimeter, bisa melonjak sampai 190 sentimeter. Itu terjadi pada Rabu kemarin (19 Nopember 2014). Jadi harus lebih waspada," Andi menceritakan.
ARIHTA U. SURBAKTI
Topik terhangat:
Tes Perawan Kepolisian | Ahok Jadi Gubernur | Jokowi dan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Kronologi Baku Tembak TNI Vs Polri di Batam
Ahok: Saya Bukan PDIP, tapi Orangnya Bu Mega
3 Modus Baru Mafia Migas Versi Faisal Basri
JE Sahetapy: Piring Kabinet SBY Bau Amis