TEMPO.CO, Jakarta - Banjir yang merendam sebagian wilayah Jakarta dimanfaatkan oleh sopir bus untuk menaikkan tarif. Salah satunya dilakukan oleh Hidayat, 38 tahun, kondektur bus Mayasari Bakti AC 02. Mereka menaikkan tarif kepada penumpangnya hingga 50 persen.
"Biasanya memang Rp 10 ribu, tapi banjir jadi Rp 15 ribu per orang," ujar Hidayat. Kenaikan tarif itu, kata dia, sudah berlaku sejak Senin, 8 Februari 2015. Penumpang yang naik untuk jarak dekat maupun jauh diharuskan membayar Rp 15 ribu.
Hidayat beralasan, kenaikan itu karena banjir yang merendam Jalan Raya Daan Mogot yang menjadi bagian rute bus jurusan Kampung Rambutan-Grogol tersebut. Banjir menyebabkan waktu tempuh jauh lebih lama. Imbasnya, pendapatan sopir dan kondektur pun berkurang lantaran tetap harus mengejar setoran kepada perusahaan.
Biasanya, setiap hari dia bisa menempuh sampai empat rit. Namun banjir membuat waktu tempuh bertambah sehingga cuma bisa mencapai dua rit. Padahal perusahaan tidak menurunkan target setoran sebesar Rp 1 juta setiap harinya. "Jadi kami putuskan untuk menaikkan tarifnya," kata dia.
Perusahaan juga tidak tahu perihal kenaikan tarif sepihak itu. Menurut dia, hal itu merupakan kesepakatan antara para sopir dan kondektur saja. "Jadi berharap pengertian dari para penumpang saja," kata dia.
Pantauan Tempo, sejumlah penumpang tampak terkejut dengan kenaikan tarif tersebut. Tak sedikit dari mereka yang berdebat dengan sang kondektur soal kenaikan tarif tersebut. Mereka memprotes kondektur yang menarik tarif Rp 15 ribu, padahal tarif resmi Kampung Rambutan-Grogol yang terpampang di dalam bus cuma Rp 10 ribu.
Salah satu penumpang yang kesal dengan kenaikkan tarif tersebut adalah Nani Sulistyawati, 41 tahun, warga Kalideres, Jakarta Barat. Dia mengaku kaget lantaran tarif biasa yang dia bayar cuma Rp 10 ribu, tapi kali ini diharuskan membayar Rp 15 ribu. "Tapi kami bisa apa, mau tidak mau harus bayar," kata dia.
DIMAS SIREGAR