TEMPO.CO, Tangerang - Rielda Amanda, 33 tahun, pasien Rumah Sakit Siloam, Karawaci, Tangerang, yang meninggal setelah mendapat suntikan obat Buvanest Spinal yang diproduksi PT Kalbe Farma Tbk., ternyata telah merasakan reaksi sejak awal obat itu disuntikkan ke tubuhnya.
Reaksi pasien tersebut, menurut suami Rielda, Ary Avinto, disampaikan dokter anestesi Rumah Sakit Siloam saat memberi penjelasan kepada Ary dan keluarga Rilda. "Dok, kok gatal-gatal," kata Ary menirukan ucapan dokter tersebut kepada Tempo, Rabu malam, 18 Februari 2015.
Menurut Ary, istrinya merasakan gatal pada bagian tubuhnya yang mendapatkan suntikan obat bius lokal saat operasi caesar akan dimulai. Dokter, saat itu menduga Ida, sapaan Rielda, hanya mengalami alergi saja. Tapi tak lama kemudian, reaksi tak terduga terjadi. Tubuh pegawai di Direktorat Jenderal Kementerian Perhubungan Udara itu langsung kejang-kejang." Kejang-kejangnya cukup hebat apalagi di bagian kakinya," kata Ary.
Melihat kondisi pasien seperti itu, tim dokter rumah sakit tersebut langsung melakukan operasi caesar mengeluarkan bayi dalam kandungan Rielda." Mungkin ini tindakan penyelamatan pada bayi karena dokter melihat kondisi istri saya seperti itu," ujar Ary.
Sekitar 30 menit kemudian, operasi caesar sukses mengeluarkan bayi perempuan dengan berat 28,8 kilogram dan panjang 47 sentimeter. Setelah bayi lahir, menurut Ary, tim dokter rumah sakit langsung menangani Rielda dan mencari penyebab istrinya kejang-kejang.
"Untuk mengurangi kejang-kejangnya, dokter kemudian memberikan obat bius total untuk Ida," kata Ary. Meski dibius total, Ary mengaku, tetap bisa merasakan kejang-kejang pada tubuh istrinya, terutama di bagian dada. “Saya sangat sedih dan kasihan melihat kondisinya saat itu."
Sejak saat itu, Rielda koma dan 30 jam kemudian dinyatakan meninggal. Pada, Jumat, 13 Februari 2015, sekitar pukul 01.00 WIB, menurut Ary, dokter mengatakan istrinya sudah meninggal.
Rumah Sakit Siloam Karawaci tidak membantah adanya pasien yang meninggal karena salah obat tersebut. "Tapi kami tidak bisa menjelaskan secara gamblang masalah ini," ujar Wakil Direktur Rumah Sakit Siloam Karawaci dokter Jeffrey Oeswadi.
Menurut Jeffrey, biarlah yang memberikan keterangan itu dari Kalbe Farma dan dari Kementerian Kesehatan.
JONIANSYAH