TEMPO.CO, Jakarta - Kriminolog dari Universitas Indonesia, Hamidah Abdurrahman, optimistis polisi mampu mengungkap sindikat begal sepeda motor yang beroperasi di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Selasa dinihari, 24 Februari 2015. Hamidah menjelaskan kenapa ia optimistis kasus itu bakal terungkap walau salah satu anggota begal dibakar hingga mati oleh massa yang mengamuk.
Ia membandingkan kasus begal motor dengan kasus terorisme. "Kasus terorisme itu tersistematis, sehingga jika ada pelaku yang mati saat penangkapan oleh polisi, maka polisi akan kesulitan untuk mengungkap kasus tersebut. Sedangkan sindikat begal tak terorganisasi serapi kelompok teroris," Hamidah menuturkan ketika dihubungi Tempo, Rabu, 25 Februari 2015.
Peristiwa pembegalan itu terjadi pada Selasa dinihari, 24 Februari 2015. Kelompok begal ini gagal merampok sepeda motor, karena korban berhasil menangkis samurai salah seorang pelaku. Tiga begal melarikan diri sementara seorang tertinggal. Pelaku yang belum diketahui identitasnya inilah yang kemudian menjadi sasaran amuk massa. Begal ini dibakar hidup-hidup oleh warga di Jalan Masjid Baiturrahim, Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Hamidah menjelaskan, saat ini yang harus dilakukan oleh anggota polisi ialah melacak keberadaan tiga begal lain yang melarikan diri tersebut. "Kepolisian bisa berkoordinasi dengan lintas wilayah," Hamidah berujar.
Untuk mengungkap kasus pembegalan di Tangerang Selatan, Polisi, kata Hamdidah, juga harus merespons cepat laporan-laporan dari masyarakat. Sehingga polisi bisa fokus pada tindakan pencegahan.
GANGSAR PARIKESIT