TEMPO.CO, Bogor - Peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan produk buras atau lontong steril. Produk ini bisa bertahan hingga lima tahun.
Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB sekaligus peneliti yang mengembangkan buras steril, Profesor Sugiyono, mempersoalkan bantuan bahan makanan (logistik) yang dikirimkan untuk masyarakat yang terkena musibah bencana alam. Pemerintah dan masyarakat, ujar dia, masih mendistribusikan beras dan mi instan.
Bantuan beras dan mi instan yang biasa dikirimkan itu, sebelum dikonsumsi para korban bencana, harus diolah atau dimasak. Padahal kondisinya darurat. "Apalagi jika bencana banjir, akan sulit memasak," ucapnya dalam rilis di Orasi Ilmiah Guru Besar IPB, Kamis, 26 Februari 2015.
Lontong sudah dikenal luas di masyarakat. Kelebihan buras steril adalah produk ini siap makan, relatif awet, dan praktis. "Yang paling penting adalah layak dikonsumsi oleh masyarakat," tuturnya.
Produk buras steril yang dikembangkan oleh peneliti dari IPB ini mirip dengan biskuit gabin yang dimakan tentara di medan perang, "Akan tetapi, biskuit ini teksturnya keras dan hanya satu rasa. Sedangkan buras steril ini bisa dikombinasikan rasanya. "Produk ini pasti mudah diterima masyarakat," katanya.
Lontong dibungkus dengan aluminium foil dan bisa dimakan tanpa bantuan alat apa pun. Jika kemasannya tidak rusak, produk itu layak dikonsumsi hingga lima tahun. "Dengan mengkonsumsi dua buras steril, akan mencukupi kebutuhan kalori per hari," ujarnya.
M. SIDIK PERMANA