TEMPO.CO, Jakarta - Nelly Ariyanti, 25 tahun, sering menahan kencing dan buang air besar selama di pos pengungsian warga korban kebakaran di Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Sebab, hanya ada satu kamar mandi dan toilet untuk 350 pengungsi. "Cuma ada di masjid doang, kurang banyak," katanya saat ditemui di pelataran Masjid Al Husni, Kamis, 26 Februari 2015.
Berdasarkan pemantauan, satu kamar mandi portabel didatangkan oleh suku dinas kebersihan pukul 14.00. "Saya sedang minta supaya ditambah lagi," kata koordinator relawan Tagana Cengkareng, Kartiwan.
Selain kamar mandi untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK), pos pengungsian juga kekurangan popok untuk dewasa. Padahal di pengungsian terdapat 20 lansia yang membutuhkannya. "Sampai saat ini belum ada sama sekali," kata Kartiwan.
Ia juga menuturkan jumlah minyak kayu putih untuk anak-anak masih kurang memadai. "Stok ada, tapi kurang cukup untuk bayi dan balita sebanyak itu," ujarnya. Di pos pengungsian terdapat 13 bayi dan 45 balita.
Nelly, yang memiliki balita 1 tahun 3 bulan, mengaku sulit mendapatkan minyak kayu putih. Padahal minyak kayu putih amat dia butuhkan untuk menghangatkan tubuh Yoga, anaknya, saat malam hari.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Ika Yuli Rahayu mengatakan kebutuhan minyak kayu putih sudah dipenuhi. "Sudah di dalam tas perlengkapan bayi," tuturnya. Ika mengatakan Sudin Sosial mendukung logistik berupa makanan siap santap, perlengkapan bayi, hingga selimut.
Kartiwan mengatakan, untuk makanan, pos pengungsian juga mendapat bantuan dari Palang Merah Indonesia. "Kalau pagi oleh Sudin, kalau sore PMI. Masing-masing 350 boks," katanya.
DINI PRAMITA