TEMPO.CO, Bekasi - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengaku iri terhadap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang dianggapnya berhasil menata wilayahnya. "Perempuan saja bisa, masak yang laki-laki tidak bisa," kata Rahmat, Jumat, 6 Maret 2015.
Dia membandingkan Kota Bekasi dengan Kota Surabaya yang jauh berbeda. Dia mencontohkan, di Kota Surabaya, penataan kota teratur. Sarana dan prasarana umum sangat layak, sehingga membuat warga di wilayah itu betah. "Pedestriannya bagus. Tamannya bagus, lengkap dengan fasilitasnya," ucapnya.
Menurut Rahmat, keberhasilan Wali Kota Surabaya tak lepas dari warganya yang homogen atau mayoritas dari suku Jawa. Berbeda dengan Kota Bekasi yang heterogen atau gabungan dari berbagai suku di Indonesia. "Ini butuh komitmen yang kuat," tuturnya.
Menurut dia, di Kota Surabaya, pengelolaan sampah sudah bisa dilakukan di tingkat lingkungan melalui pengomposan. Sedangkan di Kota Bekasi baru beberapa titik yang baru melakukannya. Karena itu, persoalan sampah masih menjadi kendala yang kompleks.
Meskipun demikian, Rahmat tetap berkomitmen melakukan pembenahan lingkungan ke arah yang lebih baik lagi. "Kami akan terus berupaya menjadi contoh yang baik bagi masyarakat, khususnya dalam hal menjaga kebersihan," katanya.
Rahmat menjelaskan, pada 2016, pihaknya berkomitmen membenahi infrastruktur di wilayah setempat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bekasi diproyeksikan mencapai Rp 4 triliun lebih. "Tahun depan adalah tahun infrastruktur," ucap Rahmat.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi Tumai mengakui keberhasilan Wali Kota Surabaya. Hal itu tak pelak karena warganya yang homogen. "Di Surabaya, wali kota lewat, warganya menunduk," ujarnya. "Kalau di Kota Bekasi, boro-boro begitu, cuek saja," tutur Tumai.
ADI WARSONO