TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Heru Pranoto mengatakan masih menyelidiki kasus pembunuhan sopir taksi Express, Tony Zahar, 53 tahun. Tony ditemukan meninggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada 18 Februari 2015 dengan luka sayatan di leher.
"Sudah ada indikasi mengarah ke seseorang, tapi belum bisa kami katakan namanya karena masih diselidiki," kata Heru kepada Tempo, Sabtu, 7 Maret 2015.
Terkait dengan dugaan ada motif asmara dalam pembunuhan Tony, Heru belum dapat memastikan. "Pelakunya kan belum tertangkap, jadi belum diketahui motifnya," ujarnya.
Tony tewas tertelungkup di kursi kemudi dengan luka di leher dan jari kelingkingnya di dalam taksi dengan nomor badan DC7177. Di samping kanan taksi, polisi menemukan sebilah pisau dapur yang diduga digunakan untuk membunuh Tony. Selain itu, ditemukan barang milik korban, yaitu tas yang berisi dompet berwarna cokelat, kartu tanda penduduk, kartu Siaga Bukopin, buku tabungan Mandiri atas nama Siti Murniati, satu telepon seluler merek Cross, dan dua telepon seluler Nokia.
Anak Tony, Muhammad Ridwan, 20 tahun, menduga ayahnya berselingkuh dengan pegawai rumah makan langganannya bernama Siti Murniati. Bahkan, ujar dia, Tony membelikan Murniati sepeda motor.
Akibat dari hubungan itu, tutur Ridwan, Tony diteror orang. Menurut dia, Tony sempat bercerita tentang teror yang dialaminya kepada sang istri, Siti Marsitoh, 38 tahun, yang merupakan ibu tiri Ridwan. "Ayah sempat diteror dan bercerita kepada ibu tiri saya," ucapnya, Kamis, 19 Februari 2015.
AFRILIA SURYANIS